Hal-23

15 2 0
                                    


"Huaaaa, Mamaaaaa tolooong!" Farhan berteriak ketika dirinya dikejar oleh banyak om-om garang. Farhan merasakan napasnya semakin ngos-ngosan. Farhan terus memaksa berlari.

"Ayok Farhan, Anggaplah Lo lagi lomba lari. Huh huh huh capek banget gue! Lo harus berhasil kabur." ucap Farhan ketika menatap ke belakang beberapa om-om yang mengejarnya tampak ngos-ngosan juga hingga lelah sampai memegang lututnya.

Farhan menarik napas mulai memejamkan matanya. Farhan membayangkan dirinya sedang mengikuti kompetisi berlari. Farhan merasakan ketenangannya, seketika berlari dengan lebih kencang dari sebelumnya.

Om-om yang memegang tongkat bisball dan pisau itu lantas melanjutkan pengejaran  untuk menangkap Farhan. Farhan berlari ke belokan kanan kemudian berlari ke arah belok kiri.

Sampai bayangannya tersadarkan, Farhan menatap tembok. Jalanan buntu. Tidak ada lagi jalanan yang bisa dilewati. "Aisshh, kek mana nih? Cuma ada satu cara yakali gue harus lewati kaca jendela itu. Inikan lantai dua. Gue patah tulang apa enggak nih kalau gue loncat ke bawah? Tapi kalau gue pasrah ketangkap yang ada gue disembelih lagi. Mamaaaa Farhan harus apaaa sekarang?"

"Woi jangan kabur Lo!" Farhan melotot saat melihat Om-om preman itu mulai mendekati posisinya. Farhan mulai menghancurkan kacanya. Farhan melihat kursi dari besi lantas menghancurkan kaca dengan  benda itu.

Berulang kali hingga akhirnya kaca tersebut pecah separuh. Om-om itu berlari ke arahnya. Farhan melambaikan tangan ke arah om-om itu. Melebarkan senyum pasrahnya lalu melompat dari jendela kaca tersebut. Beberapa pecahan kaca hancur berkeping-keping ke lantai hingga menimbulkan suara.

Farhan tersenyum melihat dirinya serasa terbang. "Mungkin gini yah rasanya jadi Superman. Semoga gue masih hidup setelah gue lompat dari sini"

Bruk!

Farhan merasakan tubuhnya terbanting. Beberapa om-om yang mengejarnya kompak mendongakkan kepalanya ke bawah menyaksikan Farhan terjatuh dari lantai dua ke tanah.

"Lapor Bos dia berhasil kabur!"

"Tangkap dia meski hidup ataupun mati sekalipun!"

##

Ziah keluar dari pintu supermarket sambil menenteng kresek. Ziah berjalan mendekati arah parkiran. Jam telah menunjukkan pukul 11 siang.

Cuaca yang cukup panas. Ziah mendapati Bara yang tengah memandangi dahinya yang berdarah lewat spion motor. Bara seketika menatap ke belakang saat melihat kehadiran Ziah di kaca spion.

Ziah menyodorkan kresek tersebut dan satu botol minum ke Bara. Lalu berjalan menuju tempat duduk di dekatnya setelah Bara mengangguk menerima kresek putih itu.

Bara dengan penasaran lalu mengecek isinya. Bara tersenyum saat melihat ada kain perban, plaster, dan obat merah. Bara menyusul duduk di samping Ziah.

Lantas mengetikkan sesuatu di layar ponselnya menunjukkan ke hadapan Ziah. Ziah mulai membacanya. "Ziah, makasih banyak yah udah nolongin aku. Di sana aku ngerasa takut banget pas berada di ruangan gelap dan sempit sendirian. Ouh iyaa obat ini juga makasih yah Ziah. "

Ziah mengangguk sekali kemudian melanjutkan menegak satu botol minumnya hingga tidak terasa habis. Ziah melempar botol kosong itu ke kotak sampah. Tepat sasaran, botol itu masuk dengan mudah di tong sampah.

Suara ponsel berdering membuat Ziah spontan mengangkatnya. "Halo Kak, di rumah sakit enggak aman! Sekarang aku dikejar sama para preman lagi. Kali ini jumlahnya makin banyak Kak!"

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang