hal-9

26 2 0
                                    

Setelah mercon banting itu berhenti meletus, Ziah berlari pergi mencari keberadaan orang bertopeng tadi yang mengejar Fathur.

Berkeliling memeriksa satu persatu kelas, ruang lab, dan tiba di kantor. Ziah mengintip dari jendela tampak guru-guru baru selesai rapat dan bersiap keluar. Ziah bergegas pergi tidak ingin menunjukan keberadaannya yang masih di sekolah kepada para guru.

Ziah berjalan menuju ruang cctv. Di sana tampak dua orang polisi sedang memeriksa keadaan cctv.

Bruk!

Ziah menoleh melihat pot terjatuh, tampak salah satu polisi perempuan memeriksanya. Ziah melihat ponsel Fathur yang tidak ada lagi pesan dari orang misterius.

"Kamu kenapa belum pulang?" Ziah berbalik melihat seorang polisi dengan seragam lengkapnya berdiri di dekatnya. "S-saya sedang mencari kunci motor yang hilang, Pak." Ziah terpaksa berbohong mengatakan hal tersebut.

Ziah berjalan pelan berpura-pura menatap lantai-lantai dan rerumputan, mencari-cari benda tersebut. Polisi tersebut tampak ikut melihat ke bawah, membantunya.

"Ini kunci motor punyamu bukan?" Ziah tersedak, terperangah hingga melotot kemudian berdeham. terkejut ketika melihat polisi memberikan kunci motor dengan cepat.

"Sebaiknya cepat pulang yah, karena di sini masih berbahaya. "  Ziah masih terpaku menatap kunci motor dengan gantungan ikan yang di tangannya dengan bingung.

"Bisa-bisanya, Engkau mengizinkan hamba yang  berbohong untuk melakukan rencana ini. Terima kasih." lalu Ziah menggelengkan kepala, kembali menyadarkan lamunannya.

"Terima kasih banyak, Pak." Ziah segera berjalan pergi dengan mempercepat langkahnya menjauh dari polisi tersebut.

Ziah akhirnya memilih berjalan lewat belakang area deretan kelas. Ziah tersenyum, berhenti melangkah saat mendapati seorang bertopeng tengah membobol gudang dengan pisaunya.

"Mau lari ke mana Lo!" Ziah bergerak mengejarnya saat orang bertopeng itu mendengar suaranya dan berlari kabur. Terjadilah aksi kejar-kejaran di antara mereka. Ziah melihat Fathur, Bara, dan Farhan tiba-tiba  ikut mengejarnya.

Ingatan flashback itu membuat Ziah mengembuskan napas. Selepas kejadiannya yang berlari hingga kakinya kini mulai merasakan pegal, dan tenggorokannya haus. 

Ziah tiba-tiba mendapati Fathur menyodorkan botol minum kepadanya, menggeleng dengan maksud menolak "Gue bawa minum sendiri."

"Ouh gitu yah, gue udah  telanjur beli 4 botol. Kalau gitu sisa satunya gue bawa pulang aja." Fathur mengatakan hal tersebut kemudian membawa plastiknya mendekati Bara memberikan botol minumnya.

Ziah memperhatikan Bara menunjukkan dua Jari ke hadapan Fathur dengan maksud Bara minta 2 botol. Fathur mengangguk mengulas senyum lebar, dengan bersemangat memberikan 2 botol air mineral.

Ziah mengalihkan pandangannya ke dalam tas, mengambil sebuah bekal botol air berwarna biru muda yang berada di dalam tasnya. Kemudian menegaknya hingga tinggal sedikit.

Sementara itu Farhan perlahan berhenti menangis. Fathur segera memberikan sebotol minuman ke Farhan. Farhan mengusap matanya yang berair, kemudian menegak air botol itu sampai isinya tersisa setengah.

"Gimana, udahan nangisnya?" Ziah mengatakan hal tersebut yang membuat Fathur menoleh ke Ziah yang tampak tidak sabaran.

"Kakak gue nggak salah, gue yakin itu. Ayok kita ke kantor polisi!" Farhan kemudian berdiri menarik tangan Fathur dan Bara hingga berdiri. Bara tidak mengerti apa yang sedang dikatakan Farhan mencolek lengan Fathur.

"Iyahh Han, gue juga yakin Kakak Lo nggak salah. Lebih baik sekarang Lo tenangin diri Lo dulu yah." Fathur berkata dengan lembut.

Setelah itu Fathur  mengacak rambut bingung saat melihat Bara. Fathur termenung sebentar bingung bagaimana memberitahukan ke Bara.

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang