hal-12

24 2 0
                                    

Diberitakan tewasnya Satpam di sekolah SMA 1 Harapan Nusantara berinisial (HG) diduga dibunuh.

"Lho, ini bukannya sekolah Lo yah?" pertanyaan dari Kakak perempuan Fathur bernama Voka. Seketika membuat Fathur tersentak kaget hingga berhenti  menggambar struktur telinga.

Dengan posisi tengkurap di atas karpet berbulu, spontan mendongak ke atas menatap layar berita televisi.

Fathur merasa tidak menyangka, secepat itu berita tentang sekolahnya disiarkan. "Iyah itu sekolah Fathur, Kak." Fathur menutup bukunya, lalu seketika pindah naik ke atas sofa sebelah Kak Voka.

Tidak lama mengambil beberapa anggur dari mangkok yang berada di pangkuan Kak Voka. Memakannya dengan tenang sambil menyaksikan berita.

Tidak hanya itu pukul 3 sore, bom meledak di area gudang sekolah hingga menyebabkan gedung runtuh.  Insiden bom ini menewaskan salah satu siswa berinisial (TA) yang diduga terkurung di gudang.

Menurut salah satu saksi yang merupakan teman korban melaporkan bahwa siswa perempuan (TA) tersebut dibully oleh Kakak tingkat hingga dikurung di gudang.

Fathur tercengang saat mendengarkan berita tersebut hingga melotot " Astaghfirullah, kenapa ada lagi korban yang tewas sih." Fathur lantas mengecek grup kelas. Ramai membicarakan tentang kematian siswa perempuan kelas 10.

"Pembullyan memang dari dulu selalu banget terjadi di lingkungan sekolah maupun kampus. Kebanyakan pihak sekolah menganggap masalah ini hanya masalah sepele." Voka menghela napas setelah mengatakan hal itu.

"Kasihan mereka yang jadi korban pembullyan, trauma dan tertekan hingga kini banyak yang bunuh diri. Pelaku pembully memang harus ditindak disiplin tegas sih biar gak ngelakuin hal seperti itu lagi." ujarnya dengan wajah kesalnya.

"Gitulah Kak, percuma ada poster tertempel stop bulying disekolah. Tetep aja Kak masih banyak yang nggak peduli Kak. Mereka nganggep perbuatan mereka itu sebatas main-main dan candaan doang. Aku juga heran sama anak sekolah jaman sekarang, Kak." sahur Fathur ikut membahas mengenai bullying.

Voka memutar badan menghadap Fathur, tatapannya tiba tajam. Mengarahkan telunjuknya. "Heh Lo gak pernah bully anak orang kan? Gue coret dari KK kalau Lo ngelakuin tindakan Bully."

"Ish ngawur! Fitnah itu. Bisa-bisanya Lo nuduh adek sendiri. Adik Lo ini baik hati Kak, ngomong aja mikir-mikir takut ucapan gue ngelukain perasaan orang." Fathur menjawab dengan kesal memalingkan wajah cemberut.

" Ya-ya. Syukur deh. Aneh banget sih sekolah Lo. Perasaan dari dulu sekolah itu gak pernah ada kejadian kayak gini. Sekarang bahkan  dalam satu hari udah banyak peristiwa mengenaskan sekaligus; pembuhan, pembullyan, dan terakhir pemboman. Parah banget sih!" Voka kemudian menghadap lurus kembali ke layar televisi, melanjutkan nyemil Anggur dengan santai.

"Gimana  kalau bunda tau info ini, bahkan sekarang berita ini udah viral di media sosial. Gue yakin Bunda bakal panik." Fathur melotot mendengar ucapan Kakaknya.

"Ishh, Kak! Gue juga gak tau kenapa banyak banget kejadian menimpa di sekolah hari ini. Kalau Bunda tau, gue rasa pasti Bunda bakal nyuruh pindah," insting Fathur meras sedikit gelisah.

"Tapi gue bakal berusaha gimana pun caranya ngeyakinin Bunda kalau gue tetep nggak mau pindah. Karena bagaimana pun gue udah separuh perjalanan di sekolah itu. Gue nggak pengen pindah," lanjutnya meskipun Fathur tampak tidak begitu yakin apakah berhasil.

"Itu yang tewas di bom namanya siapa?"

"Namanya Tasya Adira Kak kelas 10, siswa baru. Dan  informasi yang baru aku dapet dari grup angkatan. Katanya yang bully itu di laporkan ke polisi dan sekolah mengambil tindakan dengan mengeluarkan merekan dari sekolah"

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang