Di antara malam yang dipenuhi suara berisik hujan. Seorang perempuan bernama Kiara duduk sendirian di bawah pohon, membiarkan dirinya kehujanan. Menangis dengan suara pelan.
"Kenapa Papa selalu Larang Kiara? Ini impian Kiara!" ucap Kiara dengan emosi mulai membanting semua buku-buku bersampul baru yang telah dibelikan Ayahnya.
"Arghhh, hikss ...aaaaa hiks ..." Kiara menundukkan kepalanya di atas lutut. Kiara mulai terisak pelan.
Dua puluh Lima menit berlalu, seorang perempuan dengan topi hitam datang memayungi Kiara. Detik itu Kiara mulai berhenti menangis saat mendengar suara langkah seorang semakin mendekatinya.
"Lo Siapa?"Kiara mendongak ke atas ketika melihat kepalanya tertutupi payung. Kiara terkejut melihat dari balik payung itu adalah seorang cewek yang tidak asing baginya.
"Ziah?" Kiara terpaku saat mendapati cewek itu tiba-tiba memilih duduk di sampingnya, membiarkan kehujanan juga.
"Buat Lo. Badan Lo udah 25 menit basah kena air hujan." jawab Ziah dengan santai duduk tanpa izin di samping Kiara.
Ziah mulai bersandar dengan santai di batang pohon. Ziah membuka topi hitamnya, menatap hujan yang mulai bergantian membasahi kepala dirinya.
"Gue nggak butuh payung Lo!" Kiara langsung menaruh payung yang terbuka itu di depan Ziah.
"Oke." jawab Ziah singkat.
"Lo ngapain di sini?" Kiara mengusap wajahnya seusai menangis dengan lengannya.
"Lo abis nangis?" Ziah mengatakan pelan sambil menatap Kiara yang tampak menatap ke arah lain karena malu kepergok habis menangis. "Gue di sini butuh teman."
"Maksud Lo apa?" tukas Kiara dengan nada kesal.
Ziah tersenyum tipis kembali memakai topi hitamnya, memejamkan mata. Ketika mulai mendengar Kiara yang akhirnya menangis dengan suara keras.
Ziah membiarkan suara tangis Kiara yang dikalahkan dengan suara hujan. Beberapa orang lalu lalang memandangnya aneh dan tidak peduli mereka berdua yang seperti anak jalanan.
Dua anak sekolah dasar berusia 9 tahun tengah asyik bermain pasir dipinggiran pantai.
"Aza, Liat nih rumah pasir aku bagus kan" ucap seorang anak kecil perempuan berusia 9 tahun dengan bandana pink-nya.
"Iya, Ara rapih banget. Coba di tambahin tv nya di depan ruang tamu. Pakai pecahan keramik ini?" jawab Anak kecil Aza langsung menancapkan potongan genting itu ke rumah pasir milik Ara.
Ara tersenyum mengangguk, "iya, eh iyaa. Kalau gitu aku tambahin selimut di kasurnya pakai daun yah"
Bugh!
Sebuah bola lewat lantas menghancurkan rumah pasir itu. Ara dan Aza seketika syok saat melihat seorang jail menghancurkan karya rumah-rumahan pasir.
"Yaaaah, hancur deh! Hahaha" gumam Aza.
Ara seketika tertawa ngakak. "Aza, ayok kita serang diaaaa! Karena udh ngancurin rumah kita!"
"Hiyaaaakk!" Ara menggenggam erat pasir lalu berlari mengejar anak lelaki yang kabur. Kemudian disusul Ziah mengambil bola itu lalu dilemparkan ke anak cowok itu mengenai kakinya hingga tersandung.
"ahahah, Kapok, rasain!" Ara dengan kesal
"Hahahah" kompak Ara dan Aza tertawa bersama.
Ingatan Flashback itu membuat Ziah tersadar saat suara dedaunan terkena angin yang cukup kencang.
"Pergi Lo dari sini! Jauh-jauh Lo dari gue!" ucap Kiara dengan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Pelajaran Olahraga
Mistério / SuspensePelajaran Olahraga sebagai pelajaran yang diminati para siswa sebab tidak hanya dilakukan di kelas melainkan di luar kelas yakni lapangan. Bagaimana jika jam pelajaran olahraga itu menjadi momen jam paling mengerikan? Si tokoh utama lelaki bernama...