hal-15

30 2 0
                                    

Fathur, Farhan, dan Bara mereka tiba di toko milik mamanya Bara yang tampak sepi. Bara berjalan menghampiri Mamanya seperti membicarakan kedatangan kita.

Farhan dan Fathur diam menyaksikan Bara dengan Mamanya menggunakan bahasa isyarat. Fathur dan Farhan tersenyum saat Mamanya Bara tampak menatap wajah Farhan dan Fathur.

"Ouh kalian temannya Bara yah? Panggil aja Tante Rara." Tiba-tiba antusias ibu itu mendekati Farhan dan Fathur. Sedangkan Fathur dan Farhan masih terkejut.

Mereka saling pandang tidak menyangka ternyata Mamanya Farhan dapat berbicara dan mendengar dengan baik.

"Iyah, Tante. Aku Fathur" Fathur berkata dengan sopan lalu menunduk bersalaman meraih tangan Mamanya Bara.

Farhan seketika ikut salim dengan tersenyum lebar "Kalau aku Farhan Tante. Kami berdua teman satu kelasnya Bara."

"Bara sudah beri tau Tante kok. Katanya kalian pengin nanya soal gelang yah? Kalau begitu ayok masuk, kalian pasti belum pada makan. Kebetulan Tante masak banyak."

Mamanya Bara menuntun Farhan dan Fathur menuju ruang makan. Bara tampak sibuk membantu mengambilkan piring dan sendok untuk mereka bertiga makan.

"Makasih yah, Bar."

"Makasih banyak Tante, maaf kedatangan kita jadi ngerepotin."

"Iyah, Tante. Pas banget lagi aku laper. Boleh minta teh hangat juga gak Tante?" ucap Farhan dengan nyengir lebar. Fathur seketika menyenggol lengan Farhan. Karena tidak tahu malu.

"Eh, Farhan bercanda Tante. Gak usah gak apa-apa." Farhan tersenyum saat Tante Rara tertawa pelan karena tingkahnya Farhan.

"Tenang, nanti Tante buatkan." Katanya pelan kemudian berjalan pergi menuju dapur.

Bara menggerakkan tangan ke arah Farhan dan Fathur yang sepertinya sedang berdebat. Namun entah apa yang didebatkan Bara memilih tidak bertanya. Kemudian Bara segera mengetikkan teks di layar ponselnya. " Aku mau bantuin, ibuku dulu yah."

Farhan dan Fathur mengangguk mengangkat kedua jari 'ok' . Lalu Bara menyusul Ibunya dengan jalannya yang tergesa-gesa.

Setelah melihat Mamanya Farhan pergi. Fathur melotot ke Farhan, "Lo Han, nggak usah malu-maluin gue napa. Udah dikasih makan malah request nambah teh. Buat sendiri harusnya. Lo nggak kasihan lihat beliau mukanya kecapean gitu."

"iyah, Iyah sorry. Eelah, cuma gitu doang weee. Tunggu bentar, Thur gue mau nyusul Tante Rara sama Bara ke dapur." Farhan beranjak dari kursi berlari menuju dapur.

"Lo mau ngapain, Han?" Fathur berkata demikian namun tidak ditanggapi Farhan yang sudah ngacir pergi. Fathur duduk sendirian di atas meja makan. Fathur terpaku melihat Foto-foto Bara ketika masih kecil hingga dewasa mengalungkan mendali olimpiade matematika.

Memang Bara terkenal dengan pintarnya, tidak heran Bara banyak dikagumi oleh seluruh warga sekolah. Karena setiap upacara nama Bara selalu disebut saat memenangkan perlombaan.

Sementara Fathur peringkat kedua paralel di sekolah setelah Bara, dan Fathur seringkali menjuarai perlombaan tim palang merah remaja.

Dan Farhan, jangan ditanya dia juga pintar. Peringkat ketiga dan seringkali menjuarai turnamen bola basket tingkat nasional.

"Kira-kira sejak kapan yah Bara nggak bisa denger. Apa sejak lahir? Aishh, Lo kenapa penasaran soal itu, Thur." Fathur tertawa saat melihat foto Bara yang berusia lima tahun dengan kacamata renang dan topi yang dikenakan mode ke samping. Terlihat lucu.

Tidak lama mereka berdatangan membawa makanan, Fathur seketika berdiri membantu memindahkan makanan ke atas meja. Terdapat sayur kangkung, ikan laut, dan terakhir.

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang