"Jadi garis kuning polisi di depan jalan raya deket rumah lo itu ledakan taxi yang habis Lo tumpangin bareng Ziah dan Kiara? Gila, ternyata dalangnya suka banget main bom yaa. dikit-dikit ngebom sekolah, rumah gue, dan taxi yang hampir kena Lo."
"Terus gimana keadaan supir taxi itu sekarang?" Bara menunjukkan tulisan di bukunya.
Fathur mengangguk, dengan senyumnya mengambil alih buku yang dipegang Bara lalu menuliskannya. "Alhamdulillah supir taxinya selamat."
Fathur menceritakan seluruh kejadian sebelumnya ke Bara dan Farhan yang menimpanya satu jam lalu. Entah, siapa pelakunya? Yang jelas dirinya dan teman-temannya masih dalam bahaya.
"Ouh yaa, Han. Katanya Lo mau ngasih tau ke kita kalau ada informasi penting?" Fathur bertanya dengan raut penasaran. Sedangkan Farhan menarik napas lalu membuangnya dengan perasaan gelisah.
"Gue nggak tau harus mulai dari mana nih ngasih tau ke kalian. Soalnya hari ini gue dapet informasi yang pasti bakal bikin kalian kaget." Farhan menatap kedua temannya dengan sok serius.
"Cepet, informasi apaan? Jangan bikin gue penasaran. Langsung to the point aja ngapa, Han." kata Fathur dengan tidak sabaran.
Bara mulai mengeluarkan buku gambar. Menuliskan banyak kata dengan spidol. "Aku ketemu Kakaknya Tasya. Tasya anak kelas sepuluh yang meninggal di sekolah kita, namanya Diana. Katanya dia berniat balas dendam ke mereka yang bully Tasya dan termasuk bikin Tasya meninggal karena ledakan bom"
"APAA!" Farhan dan Fathur saling pandang menatap syok tulisan informasi dari Bara.
Fathur mengambil dua buku tulis tidak terpakai di dekatnya memberikan salah satunya ke Farhan. Fathur menuliskan dengan gerakan cepat
" Ketemu di mana dan kapan?"Begitupun Farhan ikut menulis di buku yang diberi Fathur. "Dia seumuran dengan kita? Cantik nggak?" Setelah menulis kalimat itu Farhan menunjukkan tulisannya ke Bara.
Seketika Fathur menghela napas membaca ucapan Farhan. "Aelah lagi bahas serius Farhan. Kalau cantik Lo mau deketin dia dan nembak dia?"
"Ya enggak nembak jugalah, gue mau menjaga kehormatan gue sebagai lelaki suci anti pacaran. Ta'aruf dulu lah hahah" jawab santai Farhan tertawa.
Bara menuliskan lagi di bukunya dan menjawab pertanyaan Fathur dan Farhan. " Ketemunya setelah aku dan Ziah bertemu karena berhasil selamat dari culik. Terus Ziah dapet telpon kalau Revo dan kamu Thur lagi dalam bahaya. Jadi aku nyuruh Ziah buat nolongin Revo dan kamu dulu thur di rumah sakit. Karena aku takut kamu kenapa-kenapa sama Revo"
" Terus pas aku lagi nunggu angkot lewat. Tiba-tiba ada perempuan dengan mobil sport, ngenalin diri dan nawarin bantuan buat nganterin aku pulang ke rumah. Dan dia bilang kalau dia memang sekolah di Harpa juga. Jadi aku gak mikir aneh-aneh, ikut aja numpang nebeng sampai di anter ke rumah terus gak lama..."
Setelah membaca tulisan itu hingga selesai bahwa Kak Diana itu meminta nomer Bara ke Mamanya. Lalu menelpon video call sehabis magrib dengan basa-basi menanyakan soal Tasya.
Lalu tidak lama setelah itu mengangkat pistol seperti pistol sungguhan di layar video call bahwa dia berencana balas dendam. Farhan dan Fathur kembali tercengang membaca cerita dari tulisan Bara. Kemudian setelah suara tembakan itu, nomernya Kak Diana sudah tidak aktif lagi.
Dan kemudian Farhan mulai bergantian membahasnya. "Pertama, ini soal diary Om Hago Yang ada di bawah kolong kasur gue itu gak ada kuncinya. Jadi Gue sama sepupu gue berusaha buka tapi gak bisa."
"Dua, Kakak gue bebas. Pas gue ngubek-ngubek cari kunci. Sampai akhirnya gue liat Kak Varo tiba-tiba pulang ke rumah bersama Paman Rego. Kak Varo juga-an bilang kalau dia juga dapet kunci dari Om Hago. Ternyata kunci itu bukan kunci untuk buku diary. Gue nggak tau itu kunci apa, asli yang bikin gue greget diary itu tetep gak bisa kebuka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Pelajaran Olahraga
Mystery / ThrillerPelajaran Olahraga sebagai pelajaran yang diminati para siswa sebab tidak hanya dilakukan di kelas melainkan di luar kelas yakni lapangan. Bagaimana jika jam pelajaran olahraga itu menjadi momen jam paling mengerikan? Si tokoh utama lelaki bernama...