"Assalamualaikum, Bu. Mohon maaf kami bertiga sedikit terlambat Bu. Ban motor kami bocor di jalan Bu." ucap Fathur mewakili berbicara dengan kaki gemetar.Ini adalah hari pertama dalam kamus hidupnya terlambat ke sekolah.
"Turun di sini, Pak!" teriak Farhan membayar ongkos angkot yang telah dikumpulkan.Kemudian mereka bertiga turun dari angkot bergantian.
"Waduh, Bel bunyi!" Mereka bertiga mulai mempercepat, berlari lebih kencang menuju gerbang sekolah. Di sana terlihat Pak satpam tampak mulai menutup gerbangnya.
"Pak, tunggu!" Fathur dan Bara menahan gerbang yang ingin ditutup. Farhan pun tersenyum menatap pak Satpam. "Pak, izinin kami masuk yaa. Ini hari pertama kami terlambat. Ouh yaa ini nasi uduk saya buat bapak aja. Kita boleh masuk nggak?"
"Baiklah, cepet masuk karena baru bel. Besok jangan terlambat lagi. Terima kasih untuk nasi uduknya." kata Pak Satpam baru dengan wajah galaknya menerima kresek nasi uduk yang diberikan Farhan.
"Terima kasih Banyak, Pak." Mendengar hal itu Fathur, Farhan, dan Bara berteriak senang lantas berlari masuk melewati gerbang. Lalu bergegas menuju ke kelas melewati jalan belakang barisan kelas.
"Silakan kalian bertiga duduk di tempat kalian!" titah Bu Dini. Seketika Farhan, Fathur, dan Bara mulai berjalan menghampiri meja Bu Dini untuk salim. Lalu setelahnya mereka bertiga duduk dibangku masing-masing.
"Maaf, Bu. Bagaimana jika ulangannya di tunda? Kita sekelas ingin melihat kondisi Gilang sekarang Bu." tanya Fajar membuka suara.
Bu Dini berdiri mulai membagikan selembar soal ke meja paling depan. Siswa yang duduk paling depan mulai mengoper kertas-kertas ulangan harian itu ke teman-teman yang duduk hingga paling belakang.
"Setelah ulangan selesai, kalian boleh menjenguk Gilang. Saya juga baru dapat kabar dari Bu Dira yang membawa Gilang ke rumah sakit bahwa Gilang Alhamdulillah selamat. Jadi kalian tidak perlu khawatir." Bu Dini mulai duduk kembali ke kursinya setelah selesai membagikan soalnya.
Fathur terkejut mendengar perkataan Fajar dan Bu Dini barusan. Ada apa dengan Gilang. Fathur menepuk bahu Angga untuk bertanya. Angga menoleh ke belakang. "Kenapa?"
Fathur terpaku melihat mata Angga yang tampak sembab. Tidak seperti biasanya Angga kini terlihat menyembunyikan kesedihannya. "Mau nanya aja, apa yang terjadi sama Gilang?"
"Gilang, jatuh dari rooftop lantai paling atas sekolah kita. " jawab Angga dengan suara yang sedikit gemetar.
Fathur melotot mendengar ucapan Angga. "Gilang jatuh dari rooftop? Kenapa ada korban lagi. " Di samping itu juga Fathur mendapati Angga yang mulai menghapus cepat air mata yang baru meluncur di pipinya.
"Angga, Lo gak apa-apa?"
Angga menggeleng kemudian kembali menghadap ke depan. Mulai diam dan fokus mengerjakan soal bahasa Indonesia.
Fathur memijat kepalanya yang terasa pusing. Bukan pusing karena memperhatikan soal di hadapannya. Fathur masih memikirkan masalah yang terjadi di sekolah ini. Hal itu pun membuat dirinya jadi overthinking.
"Gimana caranya supaya tidak ada lagi korban? gimana caranya agar bisa menemukan dalang di balik ini semua. Kenapa pihak sekolah seolah-olah gak peduli sama keamanan di sekolah ini? Sampai akhirnya satu persatu siswa mulai menjadi korban."
"Waktu kalian 20 menit lagi. Saya beri waktu setengah jam untuk mengerjakan soal ini. Agar kalian bisa memanfaatkan sisa waktunya untuk menjenguk Gilang di rumah sakit." jelas Bu Dini.
Fathur tersadarkan dari lamunannya karena suara Bu Dini barusan. Menatap jawaban soal yang masih kosong belum dikerjakan. "Gue jadi lupa kan belum ngisi jawaban sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Pelajaran Olahraga
Mystery / ThrillerPelajaran Olahraga sebagai pelajaran yang diminati para siswa sebab tidak hanya dilakukan di kelas melainkan di luar kelas yakni lapangan. Bagaimana jika jam pelajaran olahraga itu menjadi momen jam paling mengerikan? Si tokoh utama lelaki bernama...