Hal-25

15 2 0
                                    

"Angga dia satu-satunya siswa yang pergi meninggalkan lapangan ketika pak Geral mengabsen kehadiran." Ziah mengatakan hal tersebut seminggu lalu.

Di samping itu Angga yang baru tiba di rumah langsung berjalan lesuh menuju kamar. Keadaan rumah yang sangat sepi.

"Hatchim! Haish, Bisa-bisanya gue pilek tiba-tiba. Apa gara-gara kebanyakan minum es tadi guenya. " Angga mengucek hidungnya yang terasa mampet dan sulit bernapas dengan baik.

Angga melihat tumpukan-tumpukan buku yang berantakan. Segera duduk di meja belajar membereskannya.

Angga menatap sebuah foto seorang perempuan dengan syal kuning. Foto tersebut berbingkai persegi dengan pinggiran putih.

" Era, Apa kabar? Kakak kangen banget sama kamu. Apa mungkin sekarang Era lagi liat Kakak dari jauh? Kakak janji, bakal balas dendam ke mereka yang buat Era terluka hingga meninggalkan dunia."

Angga memeluk foto tersebut sambil mengusap matanya berulang kali mengeluarkan air mata.

"Gue nggak boleh nangis. Aishh, gue harus kuat." Angga menggelengkan kepala melarang dirinya menangis.

Tetapi tetap saja Angga berakhir menelungkupkan kepalanya di atas meja terus menangis. Napasnya terasa berat. Angga memukul dadanya lalu menjambak rambutnya. "Era, maafin Kakak. Eraaa Arghh ... maafin Kakak!"

Angga mencoba menenangkan diri. Angga mulai beralih berdiri lalu berjalan lemas bergegas menuju ke kamar mandi.

Di dalamnya, Angga mulai membasahi wajahnya berkali-kali. Angga tersenyum hambar saat melihat wajahnya dari cermin terlihat sangat sedih. "Lo harus kuat, jangan lemah!"

"Angga Hardaus Ziko."

"Hadir Pak."

"Ouh yah, Bapak lupa. Kamu tolong ambilkan tongkat lembingnya yah di kantor?"

"Iya, Baik, Pak."

Di antara memori dua Minggu Lalu Angga tersenyum saat mendengar dirinya di suruh pak Geral untuk mengambil tongkat lembing di kantor.

Angga berlari dengan tergesa-gesa. Ketika menunju Kantor, Angga bergerak cepat melipir sebentar menuju ke kelasnya. Angga masuk ke dalam kelas kondisinya tidak ada siapa pun di dalamnya karena masing-masing siswa berada di lapangan. Angga menatap papan tulis, meja guru dan meja siswa.

"Gue bakal cari tau siapa yang ngikutin gue semalem? Dan di mana keberadaan Satpam setelah gue nggak sengaja nonjok perutnya itu?"

Angga mulai mengeluarkan cctv berukuran kecil dari kantungnya lalu mengambil penghapus. Setelah menempelnya Angga mulai meletakkan penghapus dipinggir meja guru.

Angga tersenyum miring, "Gue bakal ngamatin anak-anak di kelas ini. Gue yakin di antara mereka ada yang sengaja ingin ngejebak gue!"

Angga melihat jam, sudah lima menit berlalu. Seketika Angga berlari menuju ke kantor yang berada diujung. Jaraknya tidak terlalu jauh.

Sampai di kantor Angga berjalan menuju meja Pak Geral. Di samping kursi terdapat tongkat lembing yang disampirkan di samping kursi.

Sepertinya sudah dipersiapkan oleh Pak Geral. Angga segera mengambilnya, setelah minta izin sama salah satu guru yang tengah sibuk mengetik sesuatu di laptop.

Sampai di lapangan Angga tersenyum karena Pak Geral menyebutkan nama terakhir. Dan selesai mengabsen 30 siswa di kelas IPA 2.

"Selamat pagi anak-anak pagi ini Bapak akan melakukan pengambilan nilai ulangan harian, "

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang