hal 19

21 1 0
                                    

"Kenapa aku bisa di sini? Terakhir kali  aku bantuin anak kecil menangkap kupu-kupu. Sekarang gimana keadaan anak kecil itu?"

Bara tercengang saat terbangun di ruangan sempit dan sangat gelap. Kedua tangannya diikat. Bara melihat kakinya tidak diikat, mulai menendang pintu di depannya dengan keras.

"Tolong... tolong...." Bara berteriak dengan panik. "Aaaa, Tolong... Please bukain pintunya. Nenekku masih di rawat di rumah sakit. Aku mohon keluarkan aku dari sini!"

Dug... Dug!

"Emmm... emm... emm!" Bara menendang pintunya berulang kali, dan berteriak semampunya. Namun tidak ada respon apa pun dari luar. Bara mulai merosot lemas terduduk. Kepalanya menunduk menangis dalam diam.

"Ahh ha hiks... Aaa... haaaa hiks. Hahhh, Mamaaa... Bara takuuut! Hiks " Bara dengan pasrah tidak tahan mulai menangis dengan sangat keras dalam hati.

Berharap sekarang dirinya dapat mendengar dan berbicara dengan baik untuk berteriak meminta bantuan.

Namun  dirinya tidak bisa berbuat apa-apa sebagai tunarungu. Bara merasa dirinya tidak dapat mengetahui jika bantuan datang.

Dan bahkan dirinya tidak tahu bagaimana cara memberitahukan teman-temannya  terkurung di sini.

"Fathur, Farhan, Ziah, tolong akuuu! Please, aku mohon."

Bara menarik napas berusaha membuka ikatan ditangannya yang ternyata terasa kuat. Namun tetap gagal. Bara dengan kesal menendang-nendang lagi pintu yang terbuat dari besi, cukup kokoh.

Sementara itu di balik ruangan Bara. Di depan pintunya terdapat dua orang bertopeng sedang duduk santai." Kenapa Lo nggak lakban  mulutnya? Gimana kalau dia teriak-teriak. Pasti bakal ketauan kita dan bisa gagal rencana kita!"

"Sellow Bro. Informasi dari bos, dia murid tunarungu. Dia nggak bakal bisa teriak minta tolong. Lagian percuma kita lakban mulutnya. Toh dia ngga bisa dengar dan nggak bisa berbuat apa-apa Hahah"

"Serius dia tuli? baguslah. Jam berapa target dia bakal kita bunuh?" tanya seorang itu seraya memegang pisau mungil yang masih diasahnya dengan santai.

"Jam pelajaran Olahraga dimulai." jawab singkat seorang yang mulai menginjak putung rokoknya.

##

Farhan berjalan keluar memastikan kehadiran Bara di WC. Tetapi tidak ada. Farhan lantas berlari menuju kelas. Sampai di kelas hanya ada beberapa orang. "Gaes kalian liat Bara gak?"

"Apa dia ganti ditoilet lain?" Farhan berlari menuju toilet yang berada di dekat perpustakaan, menggedor-gedor bilik pintu yang tertutup.

"Bara bukan?"

"Bukan!"

Farhan menuju kebilik terakhir, menggedor-gedor. "Woi berisik! Gak usah gedor-gedor pintu Lo!"

Farhan berhenti menggedor lantas berlari keluar kelas. Kamar mandi ini tidak ada Bara. Farhan menarik napas yang ngos-ngosan.

"Huh huh hah.., tersisa satu toilet di kelas atas huft!" Farhan kemudian berlari menuju tangga dekat lab biologi, kemudian menaiki anak tangga dengan cepat.

"Please Bar, Lo aman kan."  Farhan mempercepat langkahnya. Beberapa siswa memperhatikan Farhan yang berlari dengan tergesa-gesa.

Farhan melewati kelas 11 menuju toilet  yang tersisa. "Bara, please. Lo harus aman. Gue nggak akan biarin Lo terluka."

Farhan mendorong pintu toilet yang tertutup. Farhan seketika menggedor-gedor pintunya. Berteriak-teriak dengan suara keras. "Bara!"

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang