hal-14

19 2 0
                                    


Ziah berdiri di dekat papan tulis, mengangkat spidolnya mulai menjelaskan dengan lugas dan jelas."Tasya Adira dan Pak Hago Pramadi. Kedua korban yang tewas di sekolah kita. Mulai sekarang kita harus berhati-hati selama di sekolah. "

"Karena bisa jadi salah satu di antara kita adalah korban berikutnya."
Ziah menuliskan nama  di bawah foto keduanya; Hago dan Tasya.

" Di antara kalian yang nggak siap, boleh mundur. Gue nggak maksa kalian semua ikut terjun ke dalam kasus masalah ini." Ziah berkata serius. Lalu menatap sebentar satu persatu mulai dari bangku dari Fathur, Farhan, Bara, dan  terakhir Revo.

"Gue, Fathur, dan Bara kita bertiga sudah mikirin baik-baik bahwa kita memutuskan untuk ikut andil mencari jawaban dari masalah pembunuhan di sekolah kita. " Farhan menjawab dengan tenang. Fathur mendengar perkataan Farhan sedikit terkejut lalu menghela napas.

"Kalau gua jelas ikut Abang semua. Gua bakal ikut berjuang bareng kalian. Alasan gua salah satunya untuk menemukan siapa yang sudah tega bunuh Tasya. Teman yang udah gua anggap sahabat baik." ucap Revo dengan bersemangat.

" Sekarang kita kumpulin informasi dulu semua dari benda-benda yang berhubungan dengan pelaku pembunuhan.  Mulai dari ini jaket bergambar harimau yang dikenakan Varo, Kakaknya Farhan dan gelang yang dipakai pembunuh di video itu."

"Video apa?" tanya Revo penasaran.

Ziah menyodorkan ponselnya di bagian layar WhatsApp terdapat video. Revo mulai mengkliknya, menyaksikan video  itu sendirian dalam diam.

"Kata Kak Varo jaket kulit desain harimau itu hadiah pemberian dari teman Kakak gue, pas Kak Varo sedang sidang sempro skripsi. Namanya Kak Tomi. Nah, Kak Tomi ini salah satu temen kelas akrab Kak Varo." jelas Farhan saat mengingat memori bahagia Varo saat menenteng banyak bunga dan hadiah ke rumah. Ketika telah berada di tahap sidang pertama skripsinya.

Bara menuliskan sesuatu di ponsel menunjukkan dengan senyumnya yang lebar. " Aku lupa, Mama aku punya toko gelang tradisional. Jadi nanti aku coba tanyain ke Mama aku yah. Siapa tau model seperti ini dijual di tempat Mamaku."

"Syukurlah Bar, Alhamdulillah kalau Mama Lo punya toko gelang. Sip, mantap." Farhan mengangkat kedua jempolnya.

"Eh yah, Bang. Ini kalau diperhatikan cara pelaku menikam pak satpam dia tuh pakai tangan kiri. Berarti dia kidal dong!" seru Revo saat menemukan petunjuk lagi.

"APA?!" kompak Farhan dan Fathur baru menyadari hal tersebut langsung melihat lagi video tersebut memastikan. Benar saja dia menggunakan tangan kiri.

Revo merebut spidolnya kemudian mengarahkan ke arah Ziah, mempraktekkan beberapa kali. "Dia nusuk pertama pakai tangan kiri ke perut. Terus dia nusuk kedua kali ke dada pakai kedua tangan. Berarti sebenarnya dia pengen pakai tangan kanan tapi gak bisa, akhirnya pasrah pake dua tangan bersamaan."

Revo berhenti dan memberikan kembali spidolnya ke Ziah. Memegang ujung meja menghadap Farhan. "Kak Farhan, Tomi temennya Kak Varo itu dia kidal gak?" tanya Revo dengan antusias.

"Gue gak tau sih, karena gue belum pernah ketemu sih sama Kak Tomi itu. Cuma sering denger aja Kak Varo sering nyebut nama Kak Tomi kalau setiap diajak main ke luar." Jawab Farhan jujur.

"Tapi tenang aja, nanti gue bakal cari tau soal Kak Tomi. Lagian kan satu kampus sama Kakak gue. Gampang gue juga bisa minta alamat kosan/rumah Kak Tomi sama Kakak gue. Kalian tenang aja." lanjut Farhan tersenyum.

Bara mengangguk-angguk, kemudian menunjukkan tulisan di layar ponselnya. " Apa motif pembunuh sebenarnya? Kenapa Pak Hago dibunuh pas magrib terus di letakkan jasadnya di kelas kita pas jam olahraga? Kan banyak kelas. "

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang