Farhan berhenti menangis kemudian mengusap ingusnya yang keluar dari hidung dengan lengan baju olahraganya. Setelahnya tersenyum hambar menatap Fathur yang masih menunggunya.
"Gue enggak baik-baik aja Thur. Gu-e sedih banget om gue yang udah gue anggap sebagai Papa gue sendiri sekarang ikut ninggalin gue. Setelah Ayah kandung gue meninggal karena kecelakaan 4 bulan yang lalu. Dulu gue ngerasa hancur banget Thur, dan sekarang gue nggak tau harus kayak gimana lagi."
" Gue hampir kehilangan semangat gue hidup. Semenjak Ayah gue meninggal, Om gue yang selalu nemenin gue, ngelakuin banyak hal buat menghibur gue. Hingga akhirnya gue berani melangkah lagi sampai sekarang. Gue ngerasa sakitnya dua kali kehilangan orang yang gue sayang"
Fathur menghela napas, dirinya mengerti perasaan Farhan sangatlah berat. Farhan sekarang tinggal bertiga di rumahnya bersama Kakak Lakinya dan Ibunya setelah Ayahnya meninggal. Dirinya ingat setelah kejadian tersebut Farhan selalu mengurung diri di rumah.
Beberapa kali ibunya datang ke sekolah meminta izin. Farhan tidak bisa berangkat sekolah. Bahkan ibunya sempat meminta bantuan teman-teman kelasnya untuk datang ke rumah membujuk Farhan agar kembali bersemangat sekolah.
Fathur ingat waktu bulan mei, seringkali berkunjung ke rumah Farhan. Namun berulangkali Farhan mengusirnya saat mencoba masuk ke kamar. Farhan sangat terluka, bahkan hingga dia mogok makan, wajahnya pucat, kemudian berakhir meriang masuk ke rumah sakit.
Dan bahkan lebih parahnya lagi Kakak Laki-lakinya tidak pernah pulang ke rumah setelah mengetahui Ayahnya meninggal.
Farhan juga bercerita pasca Ayahnya meninggal. Kakaknya Farhan memberitahukan alasannya tidak pulang karena tidak bisa melupakan memori bersama Ayahnya, yang selalu terngiang hingga seringkali berhalusinasi berlebihan.
Keluarga Farhan merasakan kesedihan yang sangat mendalam ketika kehilangan seorang Ayah yang sangat disayanginya.
"Maaf yah, Han. Gue nggak tau gimana cara menghibur Lo."
"Lo gak perlu minta maaf, justru gue yang mau bilang makasih. Makasih yah udah dengerin curhatan gue. Gue jadi sedikit lega setelah mengungkapkan isi hati gue."
"Kakak Lo masih belum pulang ke rumah?"
"Udah Thur, gue lupa ngasih tau Lo. Kakak gue udah di rumah dua minggu ini malah. Kakak gue selama ini tinggal di rumah Nenek gue yang di bandung. Gue cukup lega karena Kakak gue akhirnya mau membuka lembaran baru lagi dan melanjutkan kuliah yang tertunda "
"Syukurlah kalau Kakak Lo keadaanya sudah baikan. Ouh iyah, Lo ditungguin polisi buat interogasi. Tapi apa Lo beneran gak apa-apa? Kalau Lo belum siap nggak usah dipaksain."
Farhan lantas berdiri mengusap pipinya dan matanya yang basah. "Bagaimana pun juga gue mau pelakunya segera tertangkap. Gue nggak akan biarin pelakunya berkeliaran. Gue nggak mau ada korban lagi di sekolah kita,"
"Pokoknya kita harus bantuin polisi untuk menemukan pelakunya Thur. Setelah ini apa Lo mau nemenin gue buat nyelidikin kematian om gue dan nangkep pelakunya bersama -sama?" lanjutnya menatap Fathur.
Fathur merasa kaget mendengar penuturan Farhan yang tiba -tiba mengajaknya untuk menyelidiki kasus ini diam-diam,
" Gue takut, mending kita nggak usah ikut campur. gue takut kita dalam bahaya kalau menyelidiki kasus pembunuhan ini. Lebih baik kita serahkan sepenuhnya kepada pihak polisi aja." jawab Fathur dengan perasaan khawatir.
Farhan menggelengkan kepala tetap pada pendiriannya, "Oke kalau Lo gak mau. Biar gue sendiri aja, Thur. Gue nggak peduli nyawa gue dalam bahaya. Yang jelas gue harus melakukan ini untuk membalas kebaikan Om gue!"
Fathur merasa bimbang mendengar keputusan keras kepala Farhan yang tiba-tiba. Karena bagaiman pun ini berhadapan dengan pelaku pembunuhan.
"Oke-oke gue mau bantuin Lo! Gue nggak mau Lo dalam bahaya sendirian." ungkap Fathur dengan pasrah karena dirinya tidak ingin Farhan menghadapi masalah ini sendirian.
"Thanks banget. Ya udah kalau gitu gue mau nemuin polisi dulu. Nanti kita bahas lagi yah, Thur. Dah Fathur."
Farhan berlalu pergi dengan mengusap sisa air matanya yang basah, tersenyum melambaikan tangan singkat ke arah Fathur.
Fathur melihat lab biologi yang kini sepi. Setelah mengiyakan Fathur merasa sedikit menyesal. Entah mengapa perasaanya dan pikirannya cukup khawatir.
"Farhan, gue berharap kita berdua nggak kenapa-kenapa. Huft."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jam Pelajaran Olahraga
Misterio / SuspensoPelajaran Olahraga sebagai pelajaran yang diminati para siswa sebab tidak hanya dilakukan di kelas melainkan di luar kelas yakni lapangan. Bagaimana jika jam pelajaran olahraga itu menjadi momen jam paling mengerikan? Si tokoh utama lelaki bernama...