38. membantunya pulih

2.1K 93 0
                                    

"jangan sampai kamu menyalahkan Allah saat kamu kehilangan sesuatu karena sesungguhnya dibalik sebuah kehilangan, Allah pasti sudah memiliki rencana yang tidak pernah kita sangka sangka."

~Farzan Habibie Alfaqih

________________________
________________
________________________
Hati-hati telah berlalu. Tak terasa, sudah satu Minggu semenjak kejadian di malam itu.

Semenjak kejadian itu, Nazira tidak lagi ceria seperti biasanya. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar, tak pernah melakukan pekerjaan rumah,tak suka berbaur dengan siapapun dan tidak tertarik untuk keluar rumah walaupun hanya di teras,makan pun harus dibujuk dengan susah payah oleh Gus Farzan. Mentalnya benar-benar terguncang hebat dan gadis itu sangat terpukul.

Gus Farzan tidak marah karena istrinya itu tidak pernah melakukan pekerjaan rumah. Ia mengerti dengan kondisi istrinya saat ini, jadi sekarang Gus Farzan yang memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya sebelum berangkat ke kampus.

Lelah? Tentu. Lelaki itu harus memasak,menyapu,dan membereskan rumah di pagi hari kemudian sekitar pukul sembilan ia harus berangkat ke kampus. Sepulang mengajar, masih banyak pekerjaan dari kampus maupun di luar kampus yang harus ia selesaikan. Tapi tak masalah,ia tidak akan menuntut Nazira untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga sekarang karena ia tidak mau mental istrinya semakin hancur.

"Assalamualaikum. Selamat siang Humairaku sayang," ucap Gus Farzan dengan riang saat memasuki kamar. Lelaki itu baru pulang mengajar sekitar pukul dua siang karena ia tidak mengajar banyak mata kuliah hari ini.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Nazira tidak menjawab karena gadis itu benar-benar irit bicara sekarang.

Cup!

Cup!

Gus Farzan mencium kedua pipi Nazira yang tengah duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosongnya.

"Apa kabar Humaira?" Tanya Gus Farzan. Sekarang ia memang selalu menanyakan kabar gadis itu setiap pulang dari manapun.

Mereka memang sudah pergi ke psikolog dua hari lalu dan psikolog itu menyarankan Gus Farzan agar sering mengajak Nazira bicara dan menyibukkan gadis itu dengan berbagai hal agar tidak teringat lagi dengan kejadian itu. Nazira juga tidak diperbolehkan untuk sendirian, jadi semasa ia mengajar di kampus Queen, Asha atau Zayra akan datang untuk menemani gadis itu dan mengajaknya melakukan banyak kegiatan.

"Humaira," panggil Gus Farzan karena Nazira tidak menjawab pertanyaannya tadi.

"Baik," jawab Nazira singkat.

"Sudah makan?"

"Belum."

"Aku suapin ya."

"Tidak."

"Kenapa nggak mau?" Nazira tidak menjawab. Gadis itu benar-benar malas bicara sekarang.

"Tidak lupa untuk shalat kan?" Tanya Gus Farzan lagi mengganti topik pembicaraannya.

"Apa itu shalat? Apa yang akan aku dapatkan jika aku shalat? Apakah sebuah penderitaan?" Sepertinya Nazira kembali teringat akan kejadian itu.

Aku Dan Gus kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang