49. hidup bahagia

1.7K 109 4
                                    

_____________________
_______________________
____________________
Tak terasa, tiga tahun telah berlalu. Setelah semua masalah yang dihadapi oleh Gus Farzan dan Nazira, akhirnya kini mereka sudah hidup tenang tanpa gangguan siapapun bahkan kini kebahagiaan mereka bertambah sejak Nazira mengandung anak kedua mereka.

Ya, Nazira tengah hamil anak kedua mereka dan saat ini kandungannya berusia delapan bulan.

"Idan nda mau makan!" Seorang anak laki-laki berlari menghindar dari kejaran sang ibu.

Itu adalah Zidan, putra sulung Gus Farzan dan Nazira yang kini sudah tumbuh menjadi anak yang sangat aktif dan cerdas. Selain itu Zidan juga pandai bicara sama seperti bundanya.

"Idan ayo dong makan dulu," bujuk Nazira sembari terus mengikuti Zidan yang terus berlari ke sana kemari.

"Nda mau bunda!"

Karena faktor kehamilannya, Nazira mudah sekali untuk kelelahan. Gadis itu mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dan memutuskan untuk tidak mengejar Zidan lagi.

"Idan, sini dong makan, bunda capek ngejar kamu terus," ucap Nazira.

"Bunda halus kejal Idan,balu Idan mau makan," balas Zidan.

"Bunda capek loh sayang."

"Pokoknya bunda halus kejal Idan!"

Nazira berdecak. "Terserah kamu lah, kalo nggak mau makan ya udah."

"Bunda jangan marah-marah dong." Gus Farzan yang baru turun dari lantai atas berjalan menghampiri istrinya.

"Ini lagi satu, kenapa baru turun sekarang? Katanya ada kelas jam sembilan, ini udah jam delapan malah baru turun. Belum sarapan belum apa, kalo disuruh turun tuh turun. Ngapain coba di kamar dari jam enam?" Omel Nazira. Saat ini mood gadis itu benar-benar sedang berantakan, oleh sebab itu ia mudah marah.

"Maaf Humaira, tadi aku kan mandi dulu dan nyelesain berkas kampus yang belum selesai, jangan marah-marah dong kan jadi tambah cantik," ucap Gus Farzan dengan senyum menggoda.

Nazira berdecak. "Udah nggak usah gombal, sana sarapan, aku udah siapin makanannya di dapur."

"Idan ayo makan." Nazira beralih menatap putranya.

"Nda mau!" Zidan tetap bersih kukuh seperti tadi.

"Idan." Nazira menatap Zidan dengan tatapan tajam.

"Makan le, jangan bikin bunda marah," ucap Gus Farzan.

"Idan nda mau makan abba, Idan mau main," ucap bocah berbaju merah itu.

"Humaira, biar aku yang suapin Ziddu ya, Kamu kerjain yang lain aja atau kalo capek istirahat aja," ucap Gus Farzan menatap sang istri.

"Kamu tuh ya, udah tau waktunya mepet, udah sana sarapan aja, biar aku yang bujuk Idan," ucap Nazira.

Gus Farzan tersenyum mengusap kepala istrinya. "Nggak papa sayang, ini masih jam delapan jadi masih keburu."

Nazira menghela napas. "Ya udah nih." Akhirnya gadis itu memberikan mangkuk makanan Zidan kepada Gus Farzan. Gus Farzan tentu langsung menerimanya.

"Aku ambilin makanan Kamu ke sini ya, nanti sambil nyuapin Idan Kamu juga sambil makan biar cepet," ucap Nazira sebelum bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

"Zidan ayo sini sama abba," ucap Gus Farzan menyuruh Zidan duduk di sofa.

"Nda mau, Idan mau main!"

Gus Farzan meletakkan mangkuk makanan tersebut di atas meja kemudian bangkit berdiri. "Oke kita main. Abba bakal kejar Zidan tapi kalo udah ketangkep Zidan nggak boleh lari lagi oke?"

Aku Dan Gus kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang