37. terluka

2.1K 89 0
                                    

"jangan menyerah. Allah selalu bersamamu meski kamu kehilangan semuanya dan dialah yang akan mengembalikan apa yang telah hilang dari hidupmu."

~Farzan Habibie Alfaqih

______________________
______________________
______________________
"Assalamualaikum," salam Nazira ketika membuka pintu rumahnya. Gadis itu tampak membawa dua kantong kresek di tangannya.

"Waalaikumsalam," jawab Gus Farzan yang baru saja turun dari lantai atas. "Dari mana?" Tanyanya datar.

"Habis dari supermarket. Nanti malem kan mau makan bersama, jadinya aku beli bahan-bahan buat dimasak," jelas Nazira.

"Kenapa nggak bilang?" Tanya Gus Farzan lagi masih dengan wajah datarnya.

"Tadi kamu tidur kan. Aku nggak tega bangunin kamu."

"Kamu tau kan,kamu itu lagi hamil. Kalo kamu kenapa-napa di jalan gimana? Kamu nggak boleh pergi sendirian Humaira, ngerti nggak sih?" Omel Gus Farzan.

"Kan aku nggak kenapa-napa."

"Ya kan misalnya Humaira!"

"Sini." Gus Farzan mengambil kantong kresek itu dari tangan Nazira dengan kasar. Bukan,ia bukan marah lebih tepatnya khawatir. Bagaimanapun,saat ini Nazira tengah mengandung anak pertama mereka, jadi wajar saja jika Gus Farzan khawatir seperti itu.

"Mau ngapain? Aku mau langsung masak," ucap Nazira.

"Udah nggak usah masak. Kita catering aja ya. Aku nggak mau kamu kecapean."

"Cuma masak mah aku nggak capek Mas. Buang-buang duit tau gak, aku udah belanja masa sekarang mau catering sih."

"Uang bisa dicari Humaira. Aku nggak mau kamu kecapean terus anak kita kenapa-napa, tolong ngerti dong."

"Iya Mas, aku tau aku lagi hamil dan harus jaga kandungan. Tapi Mas, aku pengen masak sendiri aja, nanti kalo capek aku juga istirahat kok." Nazira terus berusaha membujuk suaminya itu.

Gus Farzan berdecak. "Terserahlah." Lelaki itu meletakkan kantong kresek itu di meja ruang tamu dan langsung pergi dari sana. Jujur,ia sedikit kesal kepada istrinya itu. Mengapa Nazira begitu keras kepala?

"Mas..." Panggil Nazira namun tidak digubris oleh sang empu.

Helaan napas terdengar dari Nazira. "Aku nggak mungkin masak saat Mas Farzan lagi ngambek begini. Bisa-bisa aku kualat karena gak nurut sama suami," gumamnya kemudian berjalan menaiki anak tangga menyusul Gus Farzan yang ternyata sudah berada di dalam kamar.

"Mas Farzan," panggil Nazira mengambil atensi Gus Farzan. Gadis itu memposisikan dirinya di samping Gus Farzan yang sudah duduk di sofa.

"Apa? Katanya mau masak," ketus Gus Farzan.

"Sayang,kamu marah ya? Maaf..."

"Nggak. Siapa juga yang marah."

"Mas, aku ngerti kanu khawatir sama aku dan dede bayi. Tapi, aku cuma masak Mas, jadi nggak akan kecapean."

"Iya-iya nggak kecapean. Ya udah sana masak," balas Gus Farzan dengan nada kesalnya.

"Ngizinin tapi kok nadanya gitu. Aku kan udah bilang, aku nggak ak..."

"Iya-iya sana masak. Nggak usah lagi dengerin omongan suami, nggak usah punya suami aja sekalian," potong Gus Farzan sewot.

Nazira memanyunkan bibirnya. "Kok ngomongnya gitu sih?"

"Ya lagian percuma punya suami kalo nggak pernah didengerin. Hidup aja sesuka hatimu tanpa diatur sama siapapun. Salah atau benar, Mas nggak akan lagi negur ataupun nyegah kanu."

Aku Dan Gus kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang