Bab 8 Sesuatu

2.5K 196 11
                                    



Semalam aku tidak sempat menemui CeFio karna kepalaku yang pusing dan aku hanya mengganti pakaian lalu melanjutkan tidur ku, entah kenapa tidurku lama sekali, terakhir aku melihat jam di dinding sekitar pukul enam dan sekarang aku terbangun pukul lima pagi. Sejak kapan aku ngebo gini?. jujur saja selain pusing, mataku juga tidak kuat menahan rasa kantuk yang dalam.

Aku bergegas ke kamar mandi, membuka seluruh pakaian ku. "Gerah banget deh pasti gara-gara kemarin ga mandi dulu langsung tidur aja mana lama banget lagi"

Saat menatap tubuhku dicermin wastafel "hah?? kok merah-merah gini sih badan aku? apa aku alergi ya? minta tolong Cece deh"

Dengan segera aku menyelesaikan kegiatanku lalu memakai seragam dan pergi ke kamar Cece "Ce" panggil ku, dia tak menoleh "Ce maaf kemarin ga sempet kabarin Cece" aku menundukkan kepala menyesali apa yang ku perbuat kemarin.

Dia menghampiriku dan memeluku "kamu bikin aku khawatir Freyaa!" ucap nya seperti marah tapi sangat khawatir.

"Kamu dari mana kemarin? trus yang anter kamu itu siapa?"

"Ee kerumah temen Ce, yang nganter kemarin Flora.."

Kini dia menatapku tajam sangat menusuk "kamu jangan deket-deket sama dia!" ucap nya sedikit membentak.

"Emang kenapa?"

"Udah dibilangin nurut aja apa susah nya!"

Ucapan CeFio tidak bisa dibantah, aku takut dia berbicara yang tidak-tidak kepada Bunda, itu akan membuat nya bersedih.

"I-iya Ce maaf"

"Kamu ga di apa-apain kan sama mereka?"

"Enggak kok Ce" aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal. "Tapi kayak nya aku alergi deh, badanku merah-merah"

CeFio terkejut, dia membuka matanya lebar-lebar dan wajahnya marah "sekarang lepas seragam kamu!"

Hah? ini mau sekolah lo masa iya? suruh buka baju lagi.

"Eee anu—"

"—Udah cepetan!" marah nya semakin memuncak aku hanya menuruti nya.

Saat terbuka CeFio memandangi tubuhku yang memakai bra, aku sangat malu dan menutup wajahku dengan tangan. "Ce udah ya aku maluu" tak disangka dia ternyata memelukku.

"Maafin Cece ya, maaf ga bisa jaga kamu, mulai sekarang kamu aku jaga terus Fre" dia menangis dipelukan ku.

"Eh kenapa? aku gapapa kok ga ada yang sakit juga, ini cuma alergi Ce"

"Bukan Freya..."

Lahk? bukan? terus apa?

"Belum saatnya kamu tau, nanti aja kalo Cece udah siap" lanjutnya

"Ce aku gapapa kan?" CeFio tidak membalas.

"Ahhh"  tiba-tiba ia mencium leherku, aku tak mengerti apa yang dia lakukan, tapi "ahhh Ce mmmhh".

"Ini tanda punya aku biar mereka tau kamu punya Cece" lagi-lagi kata-kata itu membuatku merinding.

"T-tapi aku malu kalo diliatin"

"Udah kamu pake jaket Cece aja biar nutupin leher kamu" aku hanya mengangguk, lalu kami berangkat menuju sekolah.

Saat ini aku berada dikelas. Mengerjakan pr yang belum aku kerjakan kemarin, karna sangat lelah.

"Tumben you pake jaket? hari ini panas loh" memang benar aku merasa sedikit gerah, tapi mau gimana lagi? Cece ninggalin tanda di leher.

"Gapapa Jes lagi pengen aja"

Ashel dan Marsha datang bersamaan lalu duduk dibangku nya. "Eh Fre kamu pake jaketnya Kak Fio ya?" aku sedikit kaget dengan pertanyaan Marsha bagaimana bisa tahu ini punya Cece?.

"Hehe iya Sha tadi aku pinjem punya CeFio"

"Hee gitu ya, dulu waktu SMP Kak Fio sering pake jaket itu tau, tapi sekarang udah ga pernah"

"Jadi ini udah dari dulu ya? tapi masih muat sama aku sih"

Lantas Jessi, Marsha dan Ashel menertawakan ku "Free Free badan you itu kecill hahaha" aku mengerucutkan bibirku. Iya tau kalian sexy.

Jessi mencubit pipiku lagi "aduh jangan ngambek gitu makin gemes tau yang liat" makin ngelunjak nih Cina. "Hahaha bisa aja"

Kini tiba saatnya pulang sekolah. Aku meminta CeFio untuk mampir ke tokoku dan Bunda, yang belum aku kunjungi dari awal pernikahan Bunda dan Ayah. Ayah sempat bercerita, katanya toko Bunda yang dulu sudah direnovasi menjadi lebih besar dan banyak pegawainya.

Dan benar saja. Saat tiba, terdapat lahan kosong yang luas digunakan untuk tempat parkir, dan rumah yang dulu aku dan Bunda tempati kini menjadi satu toko yang besar.

"Hmmm enak juga parfait nya". Yap, saat ini aku dan CeFio menikmati kue-kue dan beberapa dessert.

"Cece tau ga?" tanyaku.

"Apa?"

"Ini aku loh yang bikin resepnya" ucapku menunjuk dessert yang Cece makan.

Sontak CeFio terkejut "Hahh yang bener Fre??". Aku membalasnya dengan anggukan.

"Ih hebat banget sih, Cece bangga sama kamu Free" aku tersenyum, entah kenapa pujian CeFio membuatku senang.

Cece mencubit pipiku dengan gemas. Entah Kenapa saat dia mencubit aku tidak marah, malahan aku suka—tunggu apa artinya aku mulai suka pada CeFio? enggakk ini sama sekali ga mungkin, ku pikir begitu.

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang