Bab 37 Lelah

1.1K 156 39
                                    



Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku juga tidak tahu harus membicarakan masalah ini pada siapa.

Bunda? Tidak mungkin. Karena pasti ia akan menggoda ku dan berujung satu rumah mengetahui Christy. Padahal kami saja tidak ada hubungan apa-apa.

CeFio?  Sama saja bunuh diri jika membicarakan masalah ini dengannya. Cukup Christy saja yang salah paham, tidak dengan CeFio.

Jangan tanyakan Ayah. Belum cukup berani diriku untuk bercerita apapun padanya.

Dengan berat hati, badan yang lelah, dan mata yang sedikit mengantuk. Aku melajukan lagi, mobil ku menuju rumah Christy untuk menjelaskan masalah ini agar cepat selesai dan tidak ada kesalah pahaman.

Tapi, saat ingin memasuki perumahan. Terlihat Jessi keluar dari mini market menenteng kantong plastik.

Aku berhenti dan menurunkan kaca mobil untuk menyapanya.

"Jessii!".

Yang tadinya datar, kini senyum mengembang yang Jessi pancarkan dari wajahnya.

Ia mempercepat langkahnya dan membuka pintu mobil, masuk.

Lah kok malah masuk?.

"Kamu dari mana Fre?". Tanya Jessi dengan kantong plastik yang berada di pangkuannya.

"Dari rumah".

"Terus sekarang mau kemana?".

"Ke rumah Christy".

Ia merubah raut wajahnya menjadi penuh tanya. "Ngapain?".

"Mau ngejelasin".

Terlihat, Jessi semakin kebingungan dengan jawaban ku.

"Jelasin apa??".

"Hubungan ku sama dia".

Ia menatap ku tak percaya. "Hah?".

"Kamu pacaran sama Christy?".

Malah ikutan salah paham.

"Engga, bukan gituu".

"Ga mau tau, kamu harus jelasin ke aku".

"Iya-iya".

Aku kembali menancap pedal gas menuju rumah Jessi untuk mengantarnya. Tunggu? Kenapa aku mengantarnya?.

"Kamu ga bawa motor Jes?".

"Motor aku dipake Mami ke rumah Christy".

"Oohhh". Aku mengangguk paham.

Hah?.

Rumah Christy?.

Duh, gimana mau jelasin ke Christy kalo di sana ada Tante Shani, pasti ada Mommy Gre juga.

Setelah memarkirkan mobil ku dengan rapi di teras rumah Jessi, kami berdua masuk dan langsung menuju kamarnya.

Gapapa kali ya? Kalo aku jelasin semua masalahnya ke Jessi?.

Aku menimang kembali, apakah harus menceritakan semua pada Jessi atau tidak. Sampai akhirnya kami duduk di atas kasur empuk miliknya.

Lavender, wangi yang terpancarkan di setiap sudut ruangan ini. Pikiran ku menjadi lebih rileks saat menghirup aromanya.

"Jadi?". Pertanyaan dari Jessi membuyarkan pikiran tenang ku.

"Oke aku ceritain, tapi kamu jangan ngomong dulu sampai aku selesai". Jessi mengangguk patuh.

"Jadi, tadi pagi....".

Seperti yang aku bicarakan dengan Kak Zee, aku juga menceritakan pada Jessi dengan detail.

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang