Hari demi hari kulalui. Dengan keseharianku di rumah bersama Bunda, CeFio, dan juga Ayah ketika ia sedang libur.Tidak ada yang spesial di rumah ini, kecuali barang-barang mewah yang belum pernah kulihat.
Dimulai saat pagi hari, aku selalu terbangun karena alarm CeFio yang sangat berisik. Mandi, dan sarapan bersama. Setelah itu, aku merasa sangat bosan, tidak memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang hingga sore.
Pada sore hari, aku menyempatkan diri untuk sekedar jalan-jalan di sekitar rumah atau bersepeda, mencari spot untuk menikmati langit sore senja.
Apakah aku sendiri? Iya, dan sudah pasti. Pernah sekali CeFio ikut, berakhir kakinya kelelahan dan tidak bisa jalan sampai keesokan harinya. Padahal kami hanya berjalan sekitar dua ratus meter dari rumah.
Spot yang kumaksud adalah taman, berada di tengah-tengah kawasan perumahan elit. Aku baru menyadarinya ketika bersepeda sore hari, dan akhirnya menemukan tempat ini.
Waktu menunjukkan pukul setengah lima sore.
Aku duduk dengan santai di bangku taman, menikmati langit berwarna jingga kekuningan, sesekali aku memotretnya."Freya?".
Aku menoleh ke arah sumber suara yang memanggilku.
"Ella?".
Ia berjalan menghampiri, duduk di sebelahku.
"Kamu ngapain Frey?".
"Ga ngapa-ngapain, cuma jalan-jalan aja". Ella mengangguk paham.
"Oh iya, rumah kamu di sini juga La?". Hanya Ella yang mengetahui rumahku karena ia pernah mengantar, sedangkan aku tidak mengetahui rumahnya.
"Engga lah, mana mungkin rumahku di perumahan elit gini".
"Terus kamu ngapain di sini?".
"Nganterin katering sama Mama, Kakak juga tuh". Ia menunjuk salah satu rumah di sebrang taman, ada mobil Avanza Veloz yang terparkir di teras rumahnya dengan bagasi yang terbuka.
"Kakak? Kamu punya kakak?".
"Kak Eli kan kakak aku!". Jawab Ella sewot.
"Pantesann, kalian kalo senyum mirip bangett!".
"Hehe". Ia tersenyum lebar menampilkan giginya.
Entah sihir apa yang Ella gunakan, ketika melihatnya, aku merasa ikut senang dan tersenyum.
"Fre". Panggilnya saat aku ingin memotret langit.
"Kenapa?". Ia menatapku lurus, seperti ingin mengatakan sesuatu dengan serius.
"Aku mau ngomong sesuatu".
Apakah ini pernyataan cinta seperti di novel-novel???
"Apa?". Karena penasaran, aku juga menatapnya lekat.
"Kamu boleh aku makan ga siii?!?!?". Tiba-tiba saja Ella mencubit kedua pipiku!
Aku menatapnya malas, apa maksudnya tiba-tiba ingin memakanku?!
"Kamu lucu banget Fre benerann!!".
Ternyata ia hanya merasa gemas.
"Gak ya! Emang kamu pikir aku kue apa!?". Aku meraih tangan Ella, melepaskan dari cubitannya.
"Aduh jangan marah-marah dong Fre, makin lucu tauukkk!!".
Lagi-lagi ia mencubit pipiku.
Astaga, aku merasa Ella ini seperti Jessi, hanya saja lebih blak-blakan. Tetapi tetap saja, mereka berdua sama-sama menyebalkan! Lihat saja pipiku ini, ia mempermainkan seperti adonan roti!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku Freyana
FanfictionBercerita tentang Freyana yang memulai hidup barunya dengan keluarga baru, apakah dia mampu beradaptasi dengan mereka? - - - - - Cerita ini hanya karangan fiksi belaka dari penulis pemula, jadi mohon bantuannya.