Bab 17 Bersama Jeci

1.6K 161 24
                                    



"Usai cabuli, kedua pelaku telah kabur dan masih dalam tahap pengejaran Polisi, sementara korban mengalami trauma berat kini berada di rumah sakit dan ditangani oleh dokter khusus kesehatan mental".

"Huh ada aja ya beritanya"

"Fre?"

"Freya?"

"Eh kenapa?". Aku tersadar akan lamunanku setelah Jessi memanggilku berulang kali.

"Kamu kenapa?". Tanya Jessi.

"Engga Jes gapapa"

Jessi menangkup kedua pipiku. "Kamu sakit ya? badan kamu panas banget Fre". Ucapnya khawatir.

"Aku gapapa Jessica Chandraa".

Seketika Jessi memanyunkan bibirnya. Dih sok imut banget Jeci—Jessi Cina. "Kamu ga cocok tau Jes"

"Ya kan aku cuma khawatir, kalo kamu sakit aku ga mau repot ngurusin kamu".

Aku mencubit lengan Jessi pelan. "Kamu ya, ga di sekolah ga di luar ngeselin banget sih".

Jessi menyengir. "Hehe".

"Fre?"

"Apa?!"

"Aduh jangan galak-galak nanti cantiknya ilang". Ucap Jessi mencolek hidungku.

"Mau apa sih Jes?!". Ucapku dengan nada yang masih sama, kesal.

"Tau ga sih-".

"Ga".

"Ih kan belum ngomong Fre". Aku tidak membalas ucapannya.

"Energi aku habis tau ngurusin kamu dari siang tadi sampe gendong kamu ke kamar". Benar, saat ini aku di rumah Jessi dan berada di dalam kamarnya. Siang tadi saat aku tertidur, Jessi tidak tega membangunkan ku, katanya. Akhirnya Jessi menggendongku menuju kamarnya. Mau taruh mana ini muka aku kalo ketemu maminya Jessi haduh.

"Yaudah sini". Ucapku merentangkan kedua tanganku. Aku tahu Jessi pasti akan memintanya.

Dengan cepat ia mendekapku dengan erat, seperti jika ia melepaskannya maka aku akan pergi. Pergi? Padahal aku saja tidak tahu dimana alamat rumahnya ini.

"Fre?". Aku membalasnya dengan deheman.

"Kamu kalo ada masalah cerita aja".

"......"

"Yaudah kalo ga mau, tapi inget kamu punya aku, Ashel, Marsha juga, jangan pergi sendiri kaya tadi siang". Ucap Jessi merennggangkan pelukannya dan menatapku sendu.

"Ga cocok ya? hehe".

"Enggak kok Jes, makasih ya". Aku kembali meleburkan tubuhku dalam pelukan Jessi. Tubuhnya yang lebih besar membuatku nyaman untuk meluknya, rasanya sama seperti Bunda. Jadi pengen peluk Bunda deh.

"Udah sore mandi dulu sana".

"Aku kan ga bawa baju".

"Pake punyaku aja, nanti aku siapin di kasur".

"Yaudah deh aku mandi dulu ya". Ucapku lalu menuju kamar mandi.

Sekitar dua puluh menit melakukan aktivitasku di dalam, aku keluar dengan handuk yang melingkar dari dada hingga lututku.

"Astaga Jessi keluar dulu ihhh". Ucapku melihat Jessi di kasurnya sembari memainkan ponselnya.

"Iya-iya sabar cantik".

Aku bergidik ngeri dengan ucapannya. Setelah Jessi melenggang pergi dari kamarnya, aku segera memakai pakaian yang telah ia siapkan.

"Udah belum?". Tanya Jessi dari luar.

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang