Bab 22 Malam Yang Panas

2.6K 183 13
                                    



"Pulang yuk". Aku mengajak CeFio pulang setelah menikmati berbagai makanan di sini. Walaupun uangku kini tersisa satu lembar kertas berwarna merah, hanya cukup untuk mengisi bahan bakar motorku, huhu. Tapi tak apa, selama bisa menghibur CeFio aku akan melakukan apapun!. Apapun?.

Saat di perjalanan, aku memilih jalur berbeda. Bisa dibilang memutar dan lebih lama jika dibandingkan dengan berangkat tadi, aku menganggap ini sebagai hadiah karena CeFio pertama kali menaiki motor.

Sekitar empat puluh menit berlalu akhirnya kami tiba di rumah. Punggunggku terasa berat karena sedari tadi CeFio memelukku.

"Ce".

Tidak ada jawaban darinya. Ternyata CeFio sudah tertidur, pikirku. Dengan hati-hati aku turun perlahan agar CeFio tidak bangun dan membuka helm. Tanpa pikir panjang aku menggendongnya menuju kamar CeFio.

Setelah menurunkannya tiba-tiba tanganku ditarik. Ini adalah posisi yang sangat ambigu!. Ternyata CeFio tidak tidur sama sekali!.

"Mau ngapain Ce?".

"Aku mau ini boleh ga?". Ucap CeFio menyentuh bibirku dengan telunjuknya.

Tumben izin? Apa aku bolehin aja ya? Yaudah lah biar CeFio ga lesu lagi. Aku terdiam sejenak memikirkan permintaannya.

"Kenapa diem?".

"Kalo ga bo-".

"I-iya boleh". Baiklah aku akan mengizinkannya kali ini.

CeFio tersenyum, lalu ia menarik leherku dan wajah kami berdekatan. Ia menciumku dengan lembut. Untuk kali ini, aku akan mengikuti permainannya. Suara decakan-decakan panas menyelimuti kamar CeFio. Beruntung saat masuk tadi aku langsung menutup pintunya. Setidaknya, jika kita melakukannya, tidak terdengar dari luar.

"Cehhmmpp".

Lidah CeFio mulai masuk ke dalam mulutku.

"Ahhh".

"Frehh".

Aku melumatnya perlahan. Dan baru aku sadari, lidah manusia memiliki sensasi kenyal dan lembut seperti ini.

Setelah lima menit kami melakukannya, aku menarik tubuhku ke atas, mengatur kembali nafasku yang terengah-engah karena pasokan oksigen di dalam tubuhku menipis.

"Kamu lucu". CeFio tersenyum.

Hei! jangan tiba-tiba memujiku!. Aku menyembunyikan wajahku di ceruk lehernya.

"Ah". Kumohon jangan membuat suara aneh!.

Sekali lagi, aku menarik tubuhku. Melihat CeFio yang sedikit berantakan dan bibirnya yang memerah akibat ciuman tadi.

Entah bisikan dari mana, tiba-tiba aku menginginkan lagi—bukan aku menginginkan lebih dari ciuman!.

Tanpa basa-basi, aku menyambar leher putih CeFio. Menciumnya di berbagai sisi, tak lupa aku juga menjilatnya.

"Ahhh".

"Geli Frehh".

"Jangan bikin tandaaahhh". Terlambat. Aku sudah meninggalkan beberapa bercak merah di leher CeFio.

Lagi, aku menginginkan lebih, lebih dan lebih dari ini!. Aku menarik ke atas jaket dan kaos CeFio sampai berada di atas dadanya. Terlihat gundukan yang lebih kecil dariku, tapi tak masalah. Dibalut dengan bra berwarna pink, itu terlihat sangat imut.

"Jangan Freya".

Aku tak menghiraukan ucapannya dan kembali menyambar bibir CeFio dan melumatnya. Tanganku tak tinggal diam. Perlahan aku menyelusupkan jemariku ke dalam dan meremasnya dengan pelan.

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang