Bab 21 Alasan

1.5K 165 14
                                    



Hari demi hari, aku melihat CeFio yang semakin aneh, kenapa?. Mulai hari itu, ia tidak pernah lagi perhatian kepadaku. Tidak pernah lagi meminta untuk tidur bersamaku dan selalu berdiam diri di kamarnya, aku tidak tahu apa yang CeFio lakukan di kamarnya tetapi itu aneh saja menurutku karena setiap hari ia lakukan.

Oke aku akan mengakuinya, aku merindukan sifat perhatian CeFio!.

Untuk sekedar berangkat dan pulang sekolah pun kami juga tidak pernah lagi, ia beralasan berangkat lebih pagi karena ada keperluan OSIS dan saat pulang ia sering telat karena rapat, katanya.

Yaa sebenarnya aku juga senang, akhirnya dapat memakai motor yang Ayah belikan karena itu motor idamanku sedari dulu, Yamaha YZF-R1! Keren bukan?. Jika kalian bertanya apakah itu artinya pahaku terekspos saat menaikinya? No! Tidak! aku selalu memakai celana karena rok sekolah hanya sepanjang lutut.

CeFio juga sering tidak ikut makan bersama, bahkan aku harus mengantarkan makan malamnya. Tapi, saat aku izin masuk, CeFio menolakku mentah-mentah dan menyuruhku meninggalkan nampan yang berisikan sepiring makanan dan minuman itu diletakkan di depan pintu. Aneh bukan?.

Sudah empat hari CeFio seperti itu, aku mulai khawatir keadaannya. Bagaimana tidak? Jika kalian melihatnya, CeFio sudah seperti mayat berjalan!. Sebenarnya tidak, aku hanya melebih-lebihkannya.

Tapi jujur saja, penampilan CeFio saat ini seperti orang sakit yang terbaring di rumah sakit!. Pipi yang semula seperti mochi itu perlahan mulai menghilang dan wajahnya menjadi tirus.

Kini giliranku untuk memperhatikan CeFioku! Tunggu? Maksudnya Ceceku!.

Karena hari ini sabtu dan aku juga tidak mempunyai agenda apapun, aku akan mengajak CeFio berjalan-jalan dan mengelilingi kota dengan motorku. Setidaknya jika aku bersalah kepada CeFio, itu akan menjadi permintaan maafku.

CeFio masih setia berada di dalam kamarnya sekarang, tetapi saat makan malam tadi wajahnya lesu dan aku bisa melihat area di sekitar matanya itu menghitam, miris sekali.

"Ce". Ucapku mengetuk pintu kamarnya.

Satu menit..

Dua menit...

Tidak ada jawaban dari dalam sana, tetapi cahaya yang menerangi kamarnya masih terlihat yang artinya CeFio masih terjaga saat ini.

Dengan keberanianku, perlahan aku membuka knop pintunya. Dan saat terbuka aku bisa melihat punggung CeFio, ia sangat fokus terhadap meja belajarnya.

Aku berjalan mendekat ke arahnya. Saat di belakang CeFio, aku melihat berkas yang sangat banyak di meja dan laptopnya menampilkan dokumen-dokumen penting.

Saat itu juga, perasaan bersalah muncul dari dalam diriku. Merasa bersalah karena tidak memperhatikannya, padahal CeFio selalu perhatian kepadaku, sekecil apapun itu!. Merasa bersalah juga karena waktu itu aku menolak permintaannya untuk memelukku.

Apakah aku memang sejahat itu sampai seorang Ceceku, yang bahkan kami tinggal satu atap, aku tidak meliriknya sama sekali. Entah lah, hanya penyesalan saat ini yang aku rasakan.

"CeFio". Panggilku.

CeFio terkejut dan memutar badannya. "Ngapain kamu ke sini?". Tanyanya dengan kening yang mengerut.

"Ee aku mau ketemu sama Cece".

"Siapa yang izinin kamu masuk Freya?".

Aku tersentak kaget mendengar ucapannya, membuatku takut. "M-maaf Ce a-aku ga sopan". Ucapku terbata-bata.

"A-aku keluar dulu".

Saat aku hendak berjalan, CeFio berdiri dari tempat duduknya dan menggenggam tanganku. "Dasar gak peka!". Ia menarik tubuhku, memelukku erat sekali. Tanpa basa-basi lagi aku membalas pelukannya. Baiklah, jujur saja aku sangat merindukan pelukan hangat CeFio, seperti saat ini. Dan aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi.

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang