Seperti dugaan ku kemarin malam, aku dan CeFio tidak hanya sampai situ saja.Kilas balik...
Tak tanggung-tanggung, aku melahap buah dada dan mengulum nipplenya. CeFio tidak menolak, bahkan ia sampai menarik leher belakangku agar lebih dalam. Kaki kiriku berada di antara kaki CeFio, membuat lutut secara tidak sengaja bergesekan dengan bawahannya.
Berkali-kali memutuskan dan menautkan kembali bibir kami, satu tanganku meremas dengan lembut dadanya sementara yang satu, kugunakan untuk menopang tubuh.
Tubuh CeFio tidak bisa diam, pinggulnya bergerak resah. Sampai pada akhirnya, aku tahu apa yang membuatnya seperti itu.
Ketika sedang asik berciuman, CeFio tiba-tiba melepaskan tautan dan mendesah sangat panas, bahkan membuatku lebih bergairah.
Tapi, satu detik setelah itu senyumku luntur dan tiba-tiba, lutut yang CeFio himpit merasakan basah. Aku tahu ini apa, dan ini juga kedua kalinya.
Aku menyudahi aksiku, lalu duduk di sebelah menatap CeFio yang masih mengatur nafasnya.
"Haaahhh". Helaan panjang darinya pertanda jika nafasnya sudah stabil dan teratur.
"Udah berani ya, kamu?".
Pandanganku menunduk, takut menatapnya. Ini salah, tidak seharusnya aku seperti itu. "M-Maaf, Ce".
"Siapa ya, yang bilang takut nanti kalo ketauan?". Sarkas CeFio membuatku semakin tidak enak.
"Maaf". Hanya itu yang keluar dari mulutku, aku tidak bisa berkata apa-apa.
Cefio bangkit dari tidurnya dan menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Lain kali kalo mau gituan bilang, jangan asal main aja". Bukannya marah, ia tersenyum seolah hal itu membuatnya senang.
"CeFio ga marah?". Tanyaku.
"Enggak, justru aku seneng". Lagi-lagi ia tersenyum tulus.
"Tapi, karna itu tadi belum siap. Aku anggep, kamu merkosa aku".
Terkejut, itu lah ekspresi yang ku tampilkan saat ini. Padahal CeFio sama-sama mau! Tapi kenapa malah menganggap ku seperti itu?!
"Ga bisa gitu dong, Ce. Kan Cece sendiri yang gerak-gerak". Protes ku.
"Ga peduli, pokoknya kamu sekarang aku hukum".
Kalian pasti sudah tahu kelanjutannya seperti apa. Meski bagian bawahku tidak disentuh oleh CeFio karena aku yang meminta, tetap saja badan dan leher bawahku menjadi sasaran empuk bibirnya.
Ia sangat bersemangat saat membuka baju, dan melempar bra yang kupakai sembarangan. Astaga, cabulnya.
Aku terlihat seperti domba kecil nan imut yang akan diterkam serigala ganas kelaparan. Pada awalnya sebisa mungkin diriku tidak mendesah, tapi karena tangannya yang lihai menyentuh dan meremas buah dadaku, aku tidak tahan lagi.
Sesaat, ada yang aneh di area bawahku. Pikiran yang membuatku ingin melakukan lebih. Aku masih bisa menahan karena perasaan takut masih terpaku di kepala ku.
Setelah kami berdua sama-sama puas, aku dan CeFio membereskan ulah yang kami perbuat. Selimut yang berada di bawah tadi basah, aku mengambil selimut baru di dalam lemari. Sementara CeFio menaruh yang basah di keranjang kotor lalu berjalan ke dalam kamar mandi. Bisa disimpulkan jika dirinya akan membasuh sebagian badannya karena lengket.
Tunggu? Kaki ku juga terkena cairannya! Sebelum menghampiri CeFio, aku memakai lagi baju yang sempat ia lempar. Dan saat di dalam, aku melihat CeFio ingin menurunkan celana dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku Freyana
FanfictionBercerita tentang Freyana yang memulai hidup barunya dengan keluarga baru, apakah dia mampu beradaptasi dengan mereka? - - - - - Cerita ini hanya karangan fiksi belaka dari penulis pemula, jadi mohon bantuannya.