Masih dengan perasaan bersalah dan khawatir CeFio terkena angin malam dan membuatnya demam, walaupun ia bilang tidak perlu memikirkannya, aku menaruh perhatian lebih kepada CeFio. Seperti contoh, saat Bunda datang membawa semangkuk bubur, dengan cepat aku mengambilnya. "Biar Freya aja Bun".Atau saat CeFio ingin pergi ke kamar mandi aku membantunya saat berjalan menuju ke dalam agar ia tidak terpeleset. "Pelan-pelan Ce". Dan saat CeFio menginginkan ini itu, tanpa ia suruh aku bergegas mengabulkannya. Jika dipikir-pikir, sudah seperti pelayannya saja aku ini. Tapi tak apa lah, ini juga demi kebaikannya agar CeFio cepat sembuh.
CeFio sempat rewel saat ingin meminum obat, aku sudah membujuknya beberapa kali tapi ia menolaknya. Karena sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, aku mencium pipi CeFio. "Diminum ya". Akhirnya, ia mengangguk. Dasar, harus dicium dulu baru mau.
Hari sudah malam, saatnya aku beristirahat karena seharian menjaga CeFio. "Aku ke kamar dulu ya Ce".
Tapi CeFio menahan tanganku. "Cium dulu". Ucapnya dengan raut wajah penuh harap.
Aku menghela nafas kasar. "Yaudah tapi di pipi". aku mendekatkan wajahku dan menuruti permintaannya.
Tapi! Beberapa senti saat dekat dengan pipi CeFio, tiba-tiba ia menoleh! Dan ya seperti yang kalian tahu, ciumanku mendarat di bibirnya. Dengan cepat aku menarik tubuhku, tapi ternyata itu tidak sempat. CeFio sudah menarik leherku agar ciuman kami tidak putus. "Mmmpphh". Tak lama kemudian akhirnya ia melepaskannya.
"Ih CeFio masih aja nyari kesempatan!". Ucapku dengan nada kesal.
CeFio mencubit pipiku. "Maaf ya, habisnya bibir kamu goda banget aku jadi ga tahan".
"Apa sih ga jelas". Aku berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Dasar bocil gengsian padahal juga mau".
Aku memutar badanku dan menatapnya tajam. "Mana ada, orang CeFio yang mulai. Dan jangan panggil aku bocil, aku udah gede!". Ia malah menertawakan ku. CeFio ngira aku lagi ngelawak apa?!. Aku menutup pintunya sedikit kasar.
"Apa coba bilang aku bocil, kata Bunda aku udah gede tau!". Monologku, setelah keluar dari kamar mandi mencuci kaki. Lalu aku menutup tirai dan mematikan lampu.
Pagi hari, saat matahari mulai menyinari bumi. Aku terbangun karena suara alarm ku yang menunjukkan pukul lima pagi. Jika kalian bertanya kenapa aku bangun pagi-pagi, jawabannya karena aku berangkat bersama CeFio.
Sebagai ketua OSIS, ia harus menjadi contoh yang baik bagi murid yang lainnya. CeFio juga mempunya nilai yang cukup tinggi, bahkan tertinggi diantara teman seangkatannya.
Wajahnya yang cantik, ramah kepada siapapun. Jika orang lain melihat CeFio, ia adalah sosok sempurna. Tapi tidak bagiku, sebelum mereka mengetahui sifat asli CeFio yang seperti itu.
"Nanti kamu pulang duluan, mobilnya kamu bawa aja". Ucap CeFio setelah tiba di area parkir sekolah.
"Cece mau kemana?".
"Biasa lah Cece harus rapat".
Aku mengerutkan kening ku. Apakah CeFio tidak memikirkan kesehatannya sama sekali? Padahal ia baru saja sembuh.
"Kamu kenapa liat aku kaya gitu?". Tanya CeFio.
"Habisnya Cece baru aja sembuh udah sibuk ngurusin OSIS, nanti kalo sakit lagi gimana?".
CeFio malah tersenyum. "Ciee perhatian nih".
"Apasih dibilangin juga". Ucapku dengan nada kesal.
"Kamu tenang aja, nanti tugasnya aku bagi sama yang lain kok".
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milikku Freyana
FanfictionBercerita tentang Freyana yang memulai hidup barunya dengan keluarga baru, apakah dia mampu beradaptasi dengan mereka? - - - - - Cerita ini hanya karangan fiksi belaka dari penulis pemula, jadi mohon bantuannya.