Bab 35 Ikan

1.3K 157 38
                                    



Kring.. kring... kring....

Dering dari alarm ponselku mulai terdengar, dan menerobos masuk ke dalam telingaku. Aku yang masih setengah sadar, meraih benda pipih itu di nakas dan segera mematikannya agar tidak lagi bersuar.

"Jam berapa sih ini?". Aku mengerjapkan mata beberapa kali sampai akhirnya tersadar.

"Hah? Udah jam delapan?".

Aku mengingat kembali, apa yang membuat ku bangun kesiangan seperti ini.

"Ahhh Fre jangan digigit".

"C-Ce geliihh".

"Akhhh, jangan digigit dong Ce! Nanti leher aku merah!".

"Lagian kamu dulu yang gigit nipple aku!".

Tiba-tiba sekujur tubuh ku merinding, bulu kuduk berdiri dan kepalaku sedikit pening, saat memikirkan kejadian semalam.

Lagi-lagi CeFio menghukum-tidak! Ia mempermainkan ku!. Meskipun pada akhirnya aku terjerat ke dalam permainannya, tapi itu semua salah CeFio karena ia yang memulainya.

Padahal tadi malam aku sudah memejamkan mata, dan berniat tidur karena merasa lelah setelah bermain ke pantai dengan Michie di sana.

Tapi, baru saja memasuki alam mimpi, tubuh ku terasa berat dan nafasku sedikit sesak. Karena tidak tahan lagi, aku membuka mataku terkejut membelalak.

Bagaimana tidak? CeFio menindih tubuhku dengan lancang seraya memeluknya dengan erat, seperti tidak membiarkan ku kabur.

Karena CeFio melihat ku membuka mata dan terbangun dari tidur, ia mengucapkan. "ini hukuman buat kamu karena selingkuh".

Belum sempat aku menjawab ucapannya, CeFio sudah menyambar bibirku dengan panas. Jangankan menolak, bergerak pun aku tidak bisa! Dasar, wanita ganas.

Apa-apaan maksudnya itu? Selingkuh? Kami berpacaran saja karena paksaannya. Ah sudah lah, aku tidak mau ambil pusing karena memikirkannya.

"Hahhh". Aku menghela nafas kasar dan beranjak dari ranjangku menuju kamar mandi.

Di dalam, aku sempat bercermin di wastafel, melihat tanda kemerahan di bagian leher bawahku, ia menggigitnya seperti sebuah apel!.

"Untung aja ga di atas".

Setelah badan ku bersih dan wangi, aku keluar menggunakan handuk menuju lemari.

"Gini aja deh, biar ga keliatan".

Aku menggunakan kemeja berwarna hijau tua dengan motif bunga-bunga kecil yang berlengan pendek, tidak lupa, celana pendek ku juga.

Mungkin jika orang-orang melihat sekilas, aku seperti laki-laki dengan postur tubuh yang kecil.

Saat melangkahkan kaki ku ke lantai bawah, terlihat Bunda dan CeFio yang sedang memasak. Bibi? Ia tidak ada, mungkin sedang membersihkan di ruangan lain.

Jangan tanyakan keberadaan Ayah, sudah pasti saat ini ia sibuk dengan layar komputernya di kantor. Bagaimana dengan sarapannya? Entah, mungkin Ayah hanya memakan roti, karena saat aku melirik sekilas di meja makan, ada beberapa lapis roti tawar dan selai kacang di sana.

"Masak apa Bun?".

"Ini, Cece kamu mau ayam mentega".

"Ooohh".

"Kamu ga mau bantuin?".

"Kan ada CeFio, aku mau liat aja".

Mendengar namanya terpanggil, CeFio sedikit menoleh dan melirik ku. Tak mau kalah darinya, aku juga melirik CeFio side eye tanpa mengucapkan sepatah-kata pun.

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang