Bab 18 Sakit

1.8K 176 16
                                    



Saat masuk ke dalam rumah, aku menghampiri Bunda yang tertidur di sofa. "Bun bangun jangan tidur disini". Ucapku menepuk pelan tangannya.

Bunda mulai terusik dengan tidurnya dan mengerjapkan mata. "Hm? Freya?".

"Iya Bun ini aku".

"Ngapain pulang? katanya mau nginep di rumah temen kamu?". Ucap Bunda dingin.

"Kamu bisa ga sih tunggu Bunda tanyain dulu dimana, sama siapa terus kenapa kamu nginep?".

Lagi dan lagi, aku menyesali perbuatanku. "Maaf Bun Freya minta maaf". Ucapku serak. Aku sudah tidak tahan lagi, air mataku tiba-tiba menetes. Terlalu banyak pikiran di kepalaku.

Bunda tidak menjawab melainkan ia memelukku. "Kamu kalo ada apa-apa itu cerita sayang". Sungguh, pelukan Bunda adalah yang ternyaman dari siapapun. Kalian setuju tidak?.

Aku masih menangis dalam pelukan Bunda, tidak berani mengucapkan sepatah-kata pun.

Bunda menghela nafas. "Sekarang kamu istirahat ya".

"Sama B-Bunda".

"Udah gede masih minta temenin".

"Bundaaa". Ucapku merengek.

"Yaudah iya-iya ayo".

Kini aku dan Bunda berada di atas kasurku, mempersiapkan untuk tidur. Sebelumnya, saat melewati kamar CeFio aku tidak melihat cahaya dari dalam kamarnya, artinya CeFio sudah tidur. Aku masih enggan bertemu atau sekedar menatapnya.

"Bun".

"Hmm".

"Ga jadi deh".

Bunda menoleh. "Tidur Freya, liat tuh mata kamu sembab".

"Iya". Aku memeluk lengan Bunda manja.

Aku harus cepet-cepet bilang ke CeFio sama Flora, aku gamau jadi mainan mereka terus!.

Karena lelah setelah menangis tadi akhirnya aku tertidur dengan posisi yang masih memeluk Bunda.

Pagi pun tiba, aku merasakan tubuhku hangat. "Sayang bangun yuk udah pagi". Ucap Bunda.

"Eughh Bunda".

"Iya, bangun, udah pagi".

"Aku pusing".

Bunda menyentuh keningku. "Astaga panas banget ini, pasti gara-gara kamu nangis terus semalem".

"Bunda ambil kompres dulu ya".

"Aaa gamauu Bunda sini ajaa". Aku mengeratkan pelukanku. Ini adalah diriku yang asli, saat sedang sakit aku akan bermanja dengan Bunda bahkan menempel padanya, kemana pun!.

"Huh mulai dehh kalo udah sakit gini". Ucap Bunda.

"Bunda bilang ke Bibi dulu ya biar dibuatin bubur".

"Habis itu langsung ke sini lagi!".

"Iya-iya cuma ke bawah bentar". Lalu Bunda melenggang pergi dari kamarku.

Saat aku memejamkan mata, aku mendengar suara pintu terbuka. Mungkin Bunda sudah kembali dan merebahkan dirinya di sampingku, pikirku. Tapi ternyata itu salah, saat memeluk lengannya, aku mencium wangi yang tidak asing. Dan benar saja, saat mataku terbuka, aku melihat CeFio sudah rapi dan harum lengkap dengan seragam sekolahnya.

Karena terkejut, aku melepaskan pelukan di tangannya dengan kasar. "Kenapa dilepas? sini". Aku menggeleng dan menjauhkan tubuhku.

CeFio menghela nafas. "Aku minta maaf ya, selama ini cuma bikin kamu ga nyaman sama aku".

Kamu Milikku FreyanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang