Chapter 19: Following the Heart

3.2K 412 95
                                    

☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆☆☆

Hahhh!!!

Pete menghela napas begitu banyak hari ini.

Sekarang sudah malam dan ia pulang seperti orang yang habis pelatihan tentara. Lelah sekali dan menguji hati. Ditambah lagi Pete tak bisa meninggalkan Porsche begitu saja.

Dengan segala skenario, hampir saja tadi Porsche pergi bergulat atau sparing di ring tinju untuk melampiaskan amarahnya. Masalahnya kalau dia dalam keadaan normal, Pete membiarkannya. Membanting sapi pun Pete biarkan, tetapi ... Ada pups di dalam perutnya. Walau Pete sendiri masih tak bisa mempercayainya.

Bisa-bisanya temannya yang kekar bagaikan kuda ini dihamili orang!

Setelah Porsche sempat berdebat dengan ayahnya sebentar, karena keributan tentang Porsche yang memukul Tawan jelas sudah sampai ke ayahnya. Pete jelas hanya bisa diam di pojokan saat tahu ayah dan anak ini sama-sama keras. Walau tak ada kesan menyakiti dari setiap ucapan pria tua itu.

Yah, sejatinya ayah Pete berbeda dengan ayah Porsche. Begitu saja.

"Dasar anak nakal! Kau memukul Khun Tawan di tengah-tengah acara," ucap ayah Porsche saat itu.

Porsche punya sifat nakal dan keras kepala yang sangat kuat. Ia mendengus keras. "Tentu saja. Dia banyak menggangguku, Pa. Aku muak melihat dia bicara."

Syutt! BUG!

"Hanya atas alasan itu kau memukulnya?"

Pete yang di samping Porsche harus ikut menghindar saat buku tebal ayah Porsche melayang. Takutnya malah ada lemparan nyasar. Ibu Porsche jelas duduk dengan tenang, seolah sudah tahu kelakuan suami dan anaknya. Bahkan sempat-sempatnya menawarkan teh pada Pete yang pucat.

Ini Porsche rupanya belum mengatakan pada orangtuanya mengenai kehamilannya.

Yah, pasti tidak mudah.

"Sifatnya memuakkan dan wajahnya menyebalkan. Aku jadi ingin memukulnya," ucap Porsche masih mempertahankan argumennya.

Sebenarnya Porsche kesal karena Anakinn terus menempel pada Tawan. Dia berusaha mengabaikannya sepanjang acara, tetapi Tawan mengganggunya dengan cara Tawan bicara yang seolah-seolah menyindir Porsche. Itu saja sudah membuat kesabaran Porsche terkikis, sehingga ia memukul Tawan di pesta itu.

GREP!

Pete melihat ayah Porsche menyentil dahi anaknya. Tak keras tetapi membuat Porsche bersungut-sungut. Sampai ayahnya berkata lagi. "Dengar! Kalau mau memberi pelajaran padanya jangan di tempat umum ... Caranya begini ..."

Heh! Ini orangtua, pantas saja anaknya semena-mena. Diajari lagi bagaimana cara memberi pelajaran. Sudahalah, setidaknya Pete sudah tahu jika Porsche tak akan dikirim ayahnya ke Mars.

Cinderella Pete Story | VegasPeteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang