²⁰

17.8K 1.8K 212
                                    


Rezvan membawa Abian ke ruang cctv, untuk memastikan kapan hilangnya Aciel. Ia yakin Aciel tidak keluar dari mansion, penjagaan di luar sudah ia perketat sejak kemarin.

Rezvan melepaskan cengkeramannya, membuat Abian meringis dan mengusap pelan pergelangannya yang tercetak jelas bekas genggaman Rezvan di kulit putihnya.

Aura yang di keluarkan Rezvan sedikit tidak bersahabat, orang disana menjadi merinding karenanya. Bagaimana tidak, mood Bos mereka sedang buruk, dan itu adalah satu hal yang sangat mereka hindari.

Rezvan melirik Abian, yang berada di belakangnya.

" Kapan Anakmu hilang." Tanyanya datar.

Abian mengangkat jarinya membentuk nomor dua, yang artinya Aciel sudah tidak ada saat jam dua siang tadi.

Rezvan menginstruksi bawahan khusus cctv untuk memeriksa di sekitar jam itu.

" Periksa menit terakhir sebelum jam dua."

"Baik Tuan."

Dengan lincah jari-jari nya mengutak atik keyboard komputer yang terhubung langsung dengan rekaman cctv.

Di ruang remang-remang dengan banyak layar itu menampilkan Aciel yang sedang memungut daun-daun, mengejar kupu-kupu, dan berlari ke arah anak sulungnya, Frederic.

Tanpa membuang banyak waktu, Rezvan kembali menarik Abian menuju kamar anaknya yang ada di lantai 2 mansion.

" Kau sungguh tidak becus menjaganya, Ayah macam apa kau sampai bisa kehilangan anakmu sendiri."

Rezvan emosi, ia meluapkan kekesalannya pada Abian. Tanpa menyadari perkataannya tadi menyakiti hati rapuh Abian.

Abian hanya bisa menunduk, menahan rasa sesak di dadanya.

Ia memang tidak becus, ia ayah yang buruk. Pikiran buruk terus berputar di kepalanya.

Perjalanan mereka di isi oleh keheningan setelah perkataan Rezvan.

Dan akhirnya mereka sudah ada di depan pintu kamar Frederic, kamar Frederic hanya bisa terbuka jika sang pemilik yang membukanya.

Rezvan memencet tombol khusus di dekat pintu yang menghubungkan langsung dengan orang di dalamnya.

" Buka, Ini Daddy."

Tak lama pintu terbuka menampilkan pria muda tampan nan tinggi dengan rambut keperakan basah teracak-acak tanpa mengurangi pesonanya, sepertinya baru selesai membersihkan diri.

" Ada apa Dad."

" Dimana anak itu."

" Siapa? Travis? Aku tidak tahu." Ucapnya bodoamat dan hendak menutup pintu.

" Aciel, dimana dia Fred." Balas Rezvan dengan nada datar andalannya.

Frederic merubah raut wajahnya menjadi serius.

" Dia di dalam, kenapa? "

" Kembalikan ke Ayahnya." Perintah Rezvan.

Frederic melihat di belakang Daddynya. Tunggu dulu.. dia ingat orang itu. Ya orang bisu yang menabraknya dan memberikannya permen. Dan mata amethyst itu.. ya benar itu memang dia. Dan dia bekerja disini?

Mana mungkin ia bisa lupa dengan orang yang sudah membuat dadanya berdebar karena rasa nyaman, tiga buah permen yang diberikannya masih ia simpan di lacinya sebagai kenang-kenangan, dan ajaibnya sekarang orang itu ada tepat di depan matanya. Sungguh dunia sangat sempit.

Sebentar Pak tua tadi mengatakan Ayahnya? Wht the.. sudah berapa banyak hal yang dia lewati!

" Kau berutang penjelasan Pak tua." Setelah mengatakan itu, Frederic memasuki kamarnya dan kembali dengan Aciel yang tertidur pulas di gendongannya.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang