²

28.7K 2.1K 19
                                    

Aciel yang mendongak merasa bingung, kenapa orang di depannya ini diam saja. Dia harus cepat membayar Papanya sudah menunggu lama.

Pemuda yang sejak tadi terdiam tersadar akan tingkahnya meminta maaf dan mulai mempersilahkan bocah pendek itu maju.

Aciel tersenyum dan melangkah maju sambil menyodorkan tepung ke kasir dengan berjinjit, ya dia harus jinjit dulu baru ujung kepalanya bisa terlihat, entahlah meja kasir itu tinggi sekali btw.

Pemuda tadi merasa gemas dengan bocah imut itu, entah mengapa dia merasa tertarik sekarang, padahal jarang sekali dia merasa seperti ini dengan orang luar.

Karena tak tahan ia pun menggendong Aciel ala koala sambil menunggu kasir selesai menghitung belanjaan anak itu. Ringan sekali pikirnya.

"Mmm kakak kenapa Aciel digendong?" Tanya Aciel polos dengan tangan yang mengalung di leher pemuda yang menggendongnya.

"Tidak apa-apa, hanya ingin." Jawabnya datar.

Tak lama kasir menyebutkan nominal harga dan tepung yang sudah terbungkus rapi dengan tote bag khas minimarket.

Aciel segera merogoh kantongnya mencari uang yang diberikan Papanya, dia panik! Oh tidak Uangnya hilang! Bagaimana inii.

Matanya berkaca-kaca menahan tangis, ia menunduk dan memilin bajunya.

Pemuda tadi bingung, ada apa dengannya? Hey tunggu dulu, apa bocah ini menangis?!

"H-hei ada apa? Kenapa menangis?" Tanyanya cepat sambil menahan kegemasaannya

Lihatlah mata indah berkaca-kaca,pipi dan hidung merah dengan bibir melengkung kebawah itu! Sungguh bocah ini menggemaskan sekali!

Bersykurlah di kasir hanya ada bocah ini dan dirinya, jadi tidak menghambat orang lain.

Tangisan yang ia tahan sedari tadi pun terdengar, dengan sesegukan Aciel menatap pemuda tampan yang masih menggedongnya dengan tatapan memelas.

"Hiks ka-kak hiks, u-uang yang dikasih Papa hiks hilangg! Hueeee" jelas Aciel dan melanjutkan acara menangisnya.

Astaga ternyata cuma itu sampai menangis begini.

Pemuda tadi menatap kasir yang sedari tadi melihat drama uang hilang ini sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

"Bayar sekalian dengan milikku" perintahnya sambil berusaha menenangkan bayi menangis di dekapannya.

"Cup cup cup sudah ya nangisnya, lihat kakak sudah membayar milikmu jadi jangan menangis lagi hm" tenangnya sambil mengelus pelan punggung bergetar itu.

Dengan masih menggendong Aciel ia berjalan keluar minimarket dengan dua buah totebag di genggaman tangan kirinya

Tangis Aciel mereda, dan menatap pemuda tampan itu.

"Hiks Kakak telima kasih banyak sudah bantu Ciel"

"Hm sama-sama, ngomong-ngomong namaku Travis siapa namamu adik manis" sebenarnya ia sudah tau namanya tapi untuk lebih memastikan ia bertanya lagi.

" Nama Ciel adalah Aciel Olivel, Olivell ya bukan Olivel" jawab dan jelas Aciel dengan aksen cadel lucunya.

"Baiklah aku mengerti, Aciel Oliverr, benar?" Ujar Travis dengan mengikuti nada bicara Aciel.

"Hm! Hm! Kakak sudah benal, pintal sekalii" ucap senang sambil menepuk-nepuk pucuk kepala Travis dengan tangan kecilnya.

Travis tertawa akan tingkah laku Aciel, baru kali ini ada yang seberani ini menepuk kepalanya yang notabene orang asing.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang