¹⁴

19.7K 1.7K 91
                                    


Abian, seorang pria yang selalu penuh semangat dan optimisme, baru saja mengalami hari yang paling berat dalam hidupnya. Dia baru saja dipecat dari pekerjaannya, tempat dia telah menghabiskan hampir sebagian besar waktunya dalam beberapa tahun terakhir.

Matahari mulai tenggelam, memberikan langit warna oranye yang hangat, menciptakan kontras yang jelas dengan perasaan Abian yang dingin dan hampa. Dia berjalan pulang dengan langkah berat, merasakan berat dunia di pundaknya. Jalan yang biasanya ia lewati kini terasa lebih jauh dan hampa.

Dia kecewa pada dirinya sendiri, Aciel anaknya pasti kecewa padanya.

Namun, meskipun hatinya penuh dengan kekecewaan dan ketidakpastian, ada secercah harapan yang masih menyala di dalamnya. Abian tahu bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Dia tahu bahwa dia harus bangkit dan mencoba lagi, karena itulah yang selalu dia lakukan. Dia tahu bahwa setiap kegagalan hanyalah langkah menuju kesuksesan yang lebih besar.

Tak terasa Abian tiba di rumah Teo, menatap pintu  bercat putih itu lama. Mempersiapkan dirinya bertemu dengan yang menjadi penguatnya selama di dunia ini.

Menghela nafas, mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

" Tunggu sebental~ " 

Sautan lucu terdengar dari dalam dengan jelas. Disusul terbukanya pintu yang dibaliknya terdapat seorang bocah mungil dengan tatapan polos dan satu buah strawberry besar yang ia pegang di tangannya.

Mata ungu bulat itu berbinar senang melihat seseorang yang baru saja mengetuk pintu rumah Om Teo nya.

" PAPA! "

" Yeayy Papa pulangg, Om Teo Papa sudah pulangg"  sahut Aciel ceria sambil memeluk erat Abian yang berjongkok menyamai tingginya.

Teo datang dari arah dapur dengan apron kuning yang masih melekat di tubuhnya.

" Oh kau sudah datang rupanya, aku kira kerjaan mu akan sampai malam." Ujar Teo jujur seraya mempersilahkan Abian yang menggendong Aciel masuk ke arah ruang tamu.

" Itu.. sebenarnya tadi ada sedikit masalah, jadi aku pulang lebih awal."  Jawab Abian

" Owh begitu.. masakan ku sebentar lagi siap, makan malam lah disini. Aku akan segera menyelesaikannya-"

Teo berlari kecil ke dapur untuk lanjut memasak, sautan dari sana terdengar lagi

" Jangan pulang ya! "  Lanjutnya setengah berteriak.

Abian terkekeh kecil akan tingkah laku Teo. Ia merasa bersyukur memiliki Teo sebagai teman dan sahabatnya.

"Papa Papa lihatt Ciel punya stwabeli hehe"

Aciel tersenyum lebar menampilkan gigi gigi rapi nya yang putih. Tangannya masih setia menggenggam buah strawberry merah besar di tangannya yang kecil.

Abian mengangguk, membalasnya dengan senyum lembut, dan mengusap sayang surai keperakan anaknya.

" Enak sayang? "

" Eum! Eum! Lasanya maniss ayo coba Papa! " Kata Abian menyodorkan buah yang ada di tangannya.

Abian dengan senang hati  menggigit sedikit buah merah yang nampak segar itu, dan merasakan rasa manis segar di lidahnya.

" Iyya Ciel benar rasanya manis, semanis Ciel." Abian membuat isyarat dan terkekeh lucu karena gombalannya sendiri, tapi itu memang benar Aciel memang semanis ituu.

"Hehe Papa juga maniss" Aciel membalas gombalan Abian tadi sambil cengengesan dan melahap buah strawberrynya.

Abian gemas dengan pipi bernoda merah yang menggembung lucu saat mengunyah itu, membawa tangan lentiknya mengapit pipi putih dan mencubit-cubit nya pelan.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang