Mereka bertiga sudah ada di dalam ruangan teman Rezvan, tidak perlu mengantri panjang karena Rezvan sudah lebih dulu menghubungi dokter Willy, Teman yang bekerja di rumah sakitnya.Segala sesuatu mengenai Aciel yang ditanyai Willy kepada Abian di jawab oleh Rezvan, sebagai penerjemah, katanya akan memakan banyak waktu jika menulis. Jadilah dia berganti profesi menjadi penerjemah isyarat. Setidaknya Abian merasa terbantu akan adanya Rezvan.
Aciel sendiri masih anteng duduk di pangkuan Rezvan sambil memainkan jari tangan besar Rezvan, sesekali membandingkan dengan tangan kecilnya lalu menggigitnya gemas.
" No.. tidak boleh gigit, itu kotor. " Peringat Rezvan seraya membersihkan mulut Aciel dengan tisu.
Aciel yang ditegur menggigit sesuatu beralih meraih tangan lentik Papanya yang fokus pada dokter Willy dan mulai aksi mengemut nya lagi.
Abian yang merasa jarinya basah menoleh, dan segera menarik tangannya pelan lalu mengusap mulut Aciel seperti yang dilakukan Rezvan tadi.
" Tidak boleh sayang, ada kumannya nanti perut Ciel sakit, mau? " Isyarat Abian tegas, dan di balas gelengan keras oleh anaknya.
Aciel pun meminta turun dan berpindah ke pangkuan Papanya. Memperhatikan apa yang di tulis dokter Willy di depannya.
Merasa diperhatikan Willy mendongak, melihat bocah kecil lucu yang menatapnya polos. Ia pun berinisiatif mengambil hati bocah itu agar tak terlalu takut nantinya.
" Halo anak manis, namanya siapa? " Tanya Willy dengan senyum lebarnya.
Aciel yang ditanya terdiam, lalu mendongak melihat Papanya meminta persetujuan untuk menjawab. Dan diberi anggukan oleh Abian.
Aciel kembali menatap ke arah depan, dengan malu-malu menjawab, ia gugup karena orang tampan di depannya ini.
" A- Aciel Om.." lirih Aciel dengan pipi yang memerah.
" Aciel? Nama yang baguss, perkenalkan nama Om Willy, senang bertemu denganmu manis." Balas Willy antusias, sedikit lagi dan tugasnya akan terlaksana dengan lancar.
Aciel mengangguk, lalu berbalik menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher putih Papanya. Dia malu bertemu orang baru.
Willy melirik Rezvan dan anggukan mantap ia terima.
" Ekhem.. Ciel mau hadiah tidak?"
Mendengar kata hadiah Aciel kembali memusatkan perhatiannya ke depan, bisa di lihat mata yang berbinar-binar itu.
" Mauu "
Willy tersenyum lebar mendengarnya.
" Om kasih kalau Ciel berani di suntik, hadiahnya bagus lohh." Bujuk Willy sembari menyiapkan alat-alatnya.
Aciel berpikir sejenak, lalu mengangguk setelahnya. Cuma suntik saja kok, demi hadiahh Pikirnya. Tapi.. apa itu suntik??
" Woah Ciel berani sekalii. baiklah, kalau begitu Om suntik ya, sebentar saja kok."
"Eum Iya"
Rezvan takjub dengan keberanian anaknya, ia pikir akan menangis meraung-raung seperti anak-anak yang lain. Ternyata semudah ini?
Abian sendiri heran sendiri, kenapa anaknya ini tiba-tiba mendapat keberanian untuk disuntik. Padahal bulan-bulan lalu susah sekali dibujuk.
Tunggu apa anaknya sudah tau apa itu suntik?Willy sudah siap dan berjalan mendekat ke arah Abian dan Aciel.
Dan tak menunggu waktu lama sebelum anaknya tantrum, Abian pun dengan hati-hati membuka pakaian bagian luar Aciel yang membuatnya tetao hangat hingga hanya tersisa baju kaus putih bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMETHYST BOY
FanfictionMenceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian urut sendiri ya, soalnya aku mau perbaiki tapi ga tau gimana, karena di daftar punyaku tersusun rapi. M...