Mobil Rezvan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, namun tetap berhati-hati dengan sekitar.
Ia ingin segera menyelesaikan tugasnya dan kembali secepat yang ia bisa, dia merasa sangat berat meninggalkan anaknya yang menangis di mansion.
Ingatkan dia untuk membelikan anaknya oleh-oleh nanti, tentu untuk Abian juga.
Entah kenapa jalan yang biasanya ia lewati menjadi sangat lama dan panjang. Apa mungkin karena faktor terburu-buru?
" Berapa lama lagi? " Tanya Rezvan pada supirnya yang fokus mengendarai mobil.
Sang supir dengan sopan menjawab, sedikit melirik ke arah belakang.
" Sekitar 30 menit lagi Tuan. "
Rezvan menghela nafas panjang,
Apa sebaiknya dia menelpon ke rumah? Dia sedikit khawatir ngomong-ngomong.
Tangannya meraih handphone mahalnya yang ada di kursi sebelah, namun belum sempat ia menekan nomor Travis, tiba-tiba saja mobil berhenti mendadak. Membuatnya sedikit terhuyung kedepan.
Ckittt!!
Suara ban mobil dan jalanan yang tergesek dengan kasar, handphone yang tadi Rezvan genggam tergelincir dan jatuh kebawah di antara kakinya.
Rezvan menggeram marah, dan memarahi supirnya yang terlihat panik.
" Apa yang kau lakukan! Kau ingin kita mati huh!! "
" T-tuan maafkan saya Tuan, t-tadi tiba-tiba seorang pemuda melintas di depan mobil, tanpa fikir panjang saya mengerem mendadak." Jelas sang supir dengan keringat dingin di pelipisnya, ia sangat takut dengan aura Tuannya ini.
Rezvan berdecak kesal. Untung saja jalanan sedang lenggang, jadi kemungkinan kecelakaan tidak akan terjadi.
" S-saya akan memeriksanya Tuan." Setelah mengatakan itu supir pun keluar dari mobil berniat mengecek keadaan pemuda tadi.
Beberapa menit berlalu, supir belum ada tanda-tanda untuk masuk kembali. Jadi dia berinisiatif keluar. Menebus dengan uang, semua orang tidak akan menolak itu.
Tubuh tegapnya keluar dari mobil, berjalan mendekat ke arah supir dan seorang anak muda yang ketakutan?
" Hey nak, apa kau terluka? " Tanya Rezvan datar.
Anak muda yang terduduk di jalanan dengan menutup erat mata dan telinganya perlahan mendongak karena merasakan aura yang kuat dari seseorang yang baru saja menghampiri.
Matanya memandang dengan binar kelegaan, dia yang tadi ketakutan merasa bernyawa kembali.
Rezvan yang melihatnya merasa aneh, ada apa dengan anak ini, pikirnya dalam hati.
" Kalau kau terluka, pergilah rumah sakit. Saya yang akan membayar biayanya." Ucap Rezvan berjongkok menyamai pemuda itu.
Pemuda bertubuh berisi itu menggeleng dengan cepat, menolak tawaran itu. Dia yang salah disini, karena tiba-tiba berlari ke arah jalan raya.
" T-tidak Tuan, tidak usah repot-repot. Saya yang bersalah disini. Maafkan saya karena hampir membuat anda celaka." Pemuda itu menunduk dalam posisi bersimpuh, meminta maaf dengan tulus.
Rezvan makin heran, biasanya orang lain akan memanfaatkan kesempatan emas ini. Tapi anak ini? Wow sebuah keajaiban.
" Baiklah kalau begitu, omong-omong kenapa kau berlari tiba-tiba? Itu berbahaya" Tanya Rezvan pada pemuda yang masih terduduk di jalanan, kakinya gemetar karena shock hampir tertabrak. Untung saja mereka ada di tepi tadi, jadi pengendara lain tidak terganggu.
![](https://img.wattpad.com/cover/356423209-288-k881978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMETHYST BOY
FanfictionMenceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian urut sendiri ya, soalnya aku mau perbaiki tapi ga tau gimana, karena di daftar punyaku tersusun rapi. M...