¹²

18K 1.7K 87
                                    

"Dimana?!"

Abian panik, itu sangat terlihat dari raut wajahnya. Ingin menangis rasanya, kenapa ia bisa begitu ceroboh.

Mata bulatnya melihat sekeliling, semua mata tertuju padanya.

" Ugh.. tolong jangan melihatku "  monolog Abian.

Dia beralih menatap rekannya yang penasaran apa yang terjadi. Abian menggerakkan tangannya membuat isyarat.

"  Lio stickynote komunikasiku hilang, bagaimana ini. " 

Rekannya iyang bernama Lio itu tentu saja terkejut, ia harus menolong Abian  jika dibiarkan Abian akan di permalukan disini.

"A-anu Tu-"

" Maksud mu ini? " Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, seorang pria tampan menyelanya sambil memegang stickynote berwarna yang ia ambil dari laci mejanya.

Semua pasang mata menatapnya, pria tampan yang bernama Carlos itu mendekati Abian dan menyerahkan benda itu pada Abian yang tersenyum lega.

Abian menerimanya, dan mendongak menatap pria tinggi itu.

" Terimakasih banyak Tuan."

" Ya sama-sama, lain kali hati-hati."  Pria itu membalas Abian dengan isyarat juga.

Abian mengangguk antusias, Rezvan yang sedari tadi menyimak drama itu bertambah kesal. Ia berdiri menjulang dan menyembunyikan Abian di belakangnya. Abian tentu saja bingung, dia tiba-tiba di hadapkan punggung lebar yang terbalut setelan hitam mahal.

Carlos yang peka akan kondisi sekarang menyunggingkan senyum tipis.

" Wow luar biasa, seseorang bermartabat seperti Tuan Rezvan mempekerjakan orang cacat di dalam kerajaan bisnisnya? Benar benar mengesankan hahaha."

Pria sombong yang tadi mencemooh Abian berdiri dengan angkuh, ekspresi wajahnya penuh keangkuhan. Dia menyinggung Rezvan dan  mengejek Abian yang memiliki keterbatasan fisik, membuat suasana menjadi tegang.

"Bagaimana bisa Tuan Rezvan yang sempurna menerimamu  orang bisu seperti mu?"

" Saking inginnya kau bekerja disini, Apa kau menggodanya dan mangangkang di depannya? Tidak heran dilihat dari tampangmu kau memang cocok dengan itu, pelacur! Hahaha benar kan?!

Pria itu berbicara dengan nada suara yang keras dan mengejek, mempertontonkan sikapnya yang tidak menghargai orang lain. Dia menertawakan dan mengejek keterbatasannya dengan kata-kata yang kasar dan tidak pantas.

Abian yang mendengarnya menunduk menyembunyikan wajah sedihnya dibalik rambut yang terurai. Ia menggenggam kuat ujung seragamnya, mengigit bibirnya menahan sakit hati, ia hanya bisa pasrah. Abian tak akan mampu mengalahkan orang itu, hatinya terlalu baik namun rapuh disaat bersamaan. Ia lebih memilih menelan mentah-mentah hinaan daripada melawan. Dari dulu dia memang tidak bisa menang.

Rezvan yang mendengar perkataan tidak sopan itu merasa geram, Rezvan merasakan amarah yang memuncak di dalam dirinya. Wajahnya memerah, dan matanya memancarkan api kemarahan yang membara. Napasnya berat dan terengah-engah, mencerminkan kemarahan yang tak terbendung.

Rezvan merasa dorongan kuat untuk melepaskan kemarahannya. Dia menggertakkan giginya, urat-urat leher menonjol, menggenggam tangannya erat-erat, mencoba menahan diri agar tidak meledak dalam ledakan kemarahan yang melanda dirinya.

" Hey tuan bisu, kau hanya diam, jadi ku anggap itu benar"

"TUTUP MULUT KOTORMU ITU!"

"TAHU APA KAU HAH! "

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang