28

20.4K 1.7K 86
                                    


" Bagaimana kondisinya."

" Menurut penjelasan anda, saya rasa Tuan Theo mengalami reaksi emosional terhadap peristiwa mengerikan. Trauma adalah reaksi emosional terhadap peristiwa mengerikan, Seseorang yang mengalami trauma psikologis punya kemungkinan besar untuk mengidap gangguan kecemasan, depresi, atau PTSD (post-traumatic stress disorder)." Jelas dokter yang memeriksa kondisi Theo.

Edward diam setelah mendengar jawaban dokter, apa yang selama ini dia lewatkan sebenarnya.

" Bekas jahitan di perutnya?" Tanya Edward penasaran.

" Ini seperti bekas pengeluaran sesuatu yang besar. Jangan terkejut Tuan, tak jarang rumah sakit menerima seorang pria yang hamil untuk bersalin kasus mereka ada, tapi tak terlalu mencolok di khalayak umum. Mungkin saja Tuan Theo adalah salah satu dari mereka." Jelas dokter lagi setelah mencermati perut Theo.

" Jadi maksudmu..."

" Ya Tuan, Tuan Theo pernah mengeluarkan bayinya." Dokter mengangguk membenarkan kalimat tergantung Edward.

Jantung Edward berdetak lebih cepat, jadi mantan kekasihnya ini pernah mengandung? Mengapa dia tidak mengetahuinya? Ada sesuatu yang salah disini.

" Baiklah, terimakasih Dok." Ucap Edward pada dokter yang sudah bersiap untuk pulang.

" Sama-sama Tuan, ini resep obat Tuan Theo. Jika sudah sadar biarkan dia istirahat terlebih dahulu."

" Hm, aku mengerti." jawab Edward mengantar Dokter sampai di ujung pintu.

Edward menelpon asistennya untuk menemuinya.

" Ya Tuan, anda perlu bantuan?" Ucap Ben sopan saat sampai di kamar Tuannya.

" Ini, tebus ini dan suruh maid di bawah membuat bubur, tanpa kacang." Titah Edward pada Ben.

" Baik Tuan." Ben pamit dan berlalu meninggalkan Tuannya.

Edward melangkahkan kakinya mendekat ke arah ranjang yang di tempati Theo. Terlihat lelap tanpa beban sama sekali. Dia sudah dibersihkan oleh Edward, wajah yang semula cemong karena debu dan kotoran sudah hilang dan digantikan dengan wajah rupawan yang tegas namun cantik di saat bersamaan.

Edward jadi mengenang masa lalu, dia dulu bahagia dengan Theo asisten pribadi sekaligus kekasihnya. Tapi saat dia sedang berbisnis di negara lain, tiba-tiba orang yang dicintainya pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Bukan itu saja, adiknya yang selama ini dia acuhkan tiba-tiba pergi meninggalkan mansion tanpa memberitahunya. Itu sangat membuatnya frustasi.

Tangannya terkepal sampai urat-uratnya menonjol, dia berusaha memendam amarahnya pada orang yang sedang tertidur di depannya.

" Eunghh.." mata biru laut yang dari kemarin memejam akhirnya terbuka, meliarkan matanya pada ruangan yang menurutnya asing, tapi familiar.

" Kau sudah sadar." Ujar Edward yang duduk di tepi kasur.

Theo terbelalak, ia memundurkan tubuhnya berusaha menjauh dari pria yang dulunya kekasihnya.

" M-menjauh, jauh-jauh dariku! " Theo panik, ia menarik selimut untuk melindungi dirinya.

" Tenanglah, kau pikir aku akan menyakiti mu." Ujar Edward santai.

" Aku sangat tahu niat mu! Dasar penjahat." Sungut Theo memaki Edward yang masih berdiam  di posisinya.

Tok

Tok

" Tuan, ini Ben." Ketukan pintu dan suara Ben terdengar dari luar.

Edward melangkah menuju pintu, di balik sana Ben sudah berdiri dengan nampan berisi bubur serta segelas air dan obat yang harus diminum Theo.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang