¹⁶

16.7K 1.8K 248
                                    


Beberapa hari telah berlalu sejak Aciel bercerita tentang buah semangka.

Aciel sekarang kita bisa lihat sedang bermain puzzle di lantai bersih ruang tamu sambil menghisap Mimmi nya yang masih terisi penuh.

Ia memakai baju yang sedikit kebesaran dan hangat, tak lupa kaus kaki motif lucu yang selalu Papanya pasangkan agar tetap terlindungi,
rambutnya sedikit di ikat keatas karena menghalangi pandangan menambah kesan keimutan pada bocah laki-laki itu.

Cuaca sedang mengalami pergantian musim, oleh sebab itu sang Papa begitu protektif terhadap anak semata wayang nya.

Kita beralih ke Abian, nampaknya sekarang dia sedikit frustasi.

Matanya berulangkali membaca proposal lamaran kerjanya, meneliti apakah ada yang salah atau tidaknya. Akan tetapi yang dicari-carinya sedari tadi tidak ia temukan. Abian jadi heran sendiri.

Bagaimana tidak, sudah berulang kali ke beberapa tempat yang berbeda dia melamar pekerjaan, selalu saja ditolak hari itu juga. Entah apa yang salah dengan dirinya, apakah dia kurang menarik?

Ya mungkin saja, itulah pikirannya setiap saat.

Teo juga memberi tahu nya lapangan pekerjaan yang membutuhkan pekerja, akan tetapi hasilnya tetap sama saja, selalu ditolak.

Abian menghela nafas panjang, ia harus bagaimana sekarang. Ia hanya bisa berdoa dalam hati agar dirinya cepat mendapat pekerjaan.

Tak ingin berlarut dalam ke frustasian nya, dia pun beranjak berniat mengerjakan pekerjaan rumah yang belum selesai.

Namun sebelum tangannya menyentuh gagang pel, ketukan pintu terdengar dari arah luar membuat dua penghuni rumah menoleh ke asal suara.

" Om Teo ya Papa? " Tanya Aciel.

Abian menghampiri Aciel yang masih setia terduduk di lantai.

" Papa tidak tahu nak, Papa akan memeriksanya Ciel tetap disini saja ya."

Aciel mengangguk mengerti dan melanjutkan puzzle nya yang hampir selesai.

Ketukan pintu kembali terdengar.

Abian beranjak menuju pintu setelah mengelus surai indah milik anaknya.

Ia heran siapa yang bertamu di cuaca yang sedikit tidak bersahabat ini. Benar-benar orang yang nekat. Dan dia yakin itu bukan Teo, Teo selalu berteriak memanggil salah satu dari mereka jika bertamu.

Dengan perasaan gugup ia membuka pintu secara perlahan.

Beberapa orang tinggi berbusana serba hitam berkumpul di depan rumahnya yang mininalis.

Abian bingung tentu saja, apa mereka debt kolektor? Tapi dia tidak pernah berurusan dengan hal seperti itu.

Ia takut, wajah mereka datar tidak ada ekspresi sama sekali. Dan tidak ada yang berniat membuka suara.

Dengan keberaniannya ia mengeluarkan kertas notenya dan mulai menulis apa yang biasanya tuan rumah katakan dengan tamunya.

' Halo, selamat siang Tuan-tuan. Maaf Jika boleh tahu ada apa gerangan anda sekalian kemari? '

Tulis Abian dan memberikannya pada salah satu orang datar tersebut.

Orang tadi membaca dengan cepat, dan menjawab pertanyaan Abian.

" Singkatnya Bukan kami yang berurusan denganmu, tapi Tuan kami."

Setelah jawaban itu terlontar, seorang pria gagah nan rupawan keluar dari mobil mewah nan mahalnya.

Melangkahkan kaki jenjangnya menuju Abian yang masih terdiam bingung di daun pintu.

Mereka saling berhadapan, manik mata Ruby tajam dan manik Amethyst sayu bertemu, sesaat saling terpesona namun yang lebih pendek menghidari terlebih dahulu.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang