Tiga_Tiga

17.3K 1.7K 208
                                    

" DADDYY "

Aciel berlari kecil menuju pria paruh baya yang dia kira adalah Daddynya, coat yang masih melekat di tubuhnya terseret di lantai terlapisi karpet mengikuti langkah si kecil.

Fokusnya dari Mimmi beralih pada Ravzan yang adalah kakak kembar Rezvan, yang biasanya dipanggil Ayah oleh anak dan keponakannya. Anak itu salah orang ternyata.

Travis yang ada di belakang menahan tawanya, sedangkan Abian hanya tersenyum kaku karena kelakuan anaknya yang begitu tiba-tiba. Ia pikir Aciel bisa membedakan, ternyata tidak.

Aciel langsung memeluk erat sosok tegap yang sedang mengernyit bingung itu dengan senang.

" Daddy pulang! Daddy pulangg yeayy " pekik Aciel gembira dan berusaha naik ke atas pangkuan Ravzan.

Ravzan yang tadi tercengang menatap lurus ke depan dimana Abian dan Travis berada. Apakah perlu dia memberitahu yang sebenarnya kepada anak polos ini? Tapi melihat betapa antusiasnya, dia jadi tidak tega.

Ia mengode kedua orang disana, 'apakah aku harus melakukannya?' melalui tatapan mata. Travis yang paham menggeleng pelan tanda menolak rencana Ayahnya. Nanti adik cengeng itu menangis lagi kalau tahu, jadi biarlah seperti ini dulu.

Aciel yang sudah berhasil naik, memeluk lembut leher Dad- eh Ayahnya. Ia Mendusel manja seperti anak kucing disana, masih dengan senyum manisnya.

Ravzan yang menyadari tingkah menggemaskan itu membiarkan dan menahan senyumnya. Yah sepertinya sedikit berbohong tidak apa-apa kan?

Ia menahan pantat bulat Aciel dengan lengan kekarnya, takut terjatuh. Jadi sekarang posisinya seperti sedang berpelukan.

Aciel merenggangkan pelukannya, lalu menatap lekat pria itu dengan raut garang dan cemberut. Alisnya menukik turun, pipinya menggembung lucu dan bibirnya maju beberapa senti karena merasa kesal. Bukannya terlihat garang, malah semakin menggemaskan.

" Daddy kenapa tinggalkan Aciel?! Ciel kan mau ikut juga! Hump " omel Ciel pada Ravzan yang tertuduh melakukan hal yang bahkan tidak pernah ia lakukan.

" Kelena Daddy pelgi Ciel jadi nakal, Papa sama Kakak Tlavis juga jadi telluka kalena Ciel. Daddy jahatt, Daddy tidak suka Ciel kan?" lanjutnya sambil bertolak pinggang,  seolah-olah sedang memarahi Daddynya.

" Daddy kenapa diam saja? Daddy tidak dengal Ciel bicala ya? Sepelti tadi pagi, Ciel panggil-panggil Daddy tidak belhenti." Masih mengomel dengan aksen cadelnya, Ravzan menyimak dengan seksama ucapan yang terlontar dari bibir kecil itu.

" Ciel bisa bantu-bantu Daddy kelja sepelti dengan Papa, Ciel tidak nakal, Ciel penulut, Ciel anak baik, lajin menabung, sayang Papa juga. Telus kenapa Daddy tidak ajakk, Ciel mau sama Daddy, main sama-sama, belajal sama-sama." Dan masih berlanjut ternyata, namun sepertinya telinga Ravzan sudah panas karena bocah cerewet ini.

Ayolah bukan dia yang membuat masalah, kenapa malah dirinya yang kena omelan.

Travis dan Abian berusaha menahan tawa sedari tadi melihat raut wajah Ravzan yang tiba-tiba berubah masam karena bibir Aciel yang tiada hentinya berbicara. Poor Ravzan.

" Daddy jangan pelgi-pelgi, nanti Ciel nangis lagi loh, kepala Ciel sampai pusing, hampil jatuh juga, untung kakak cepat tolong Aciel. Papa juga menangis kalena khawatil sama Aciel, Kenapa Daddy pasang tangga sih disitu? Belbahaya sekali, bagaimana kalau ada paman-paman sama bibi-bibi di lumah jatuh sepelti Aciel? Kan sakit nanti.."

Plop!

Ravzan sudah tidak tahan lagi, silikon botol susu yang ada di tangannya segera ia masukkan ke mulut mungil anak kecil yang masih berbicara panjang lebar.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang