22

17.3K 1.7K 129
                                    


Sore hari hujan deras mengguyur beberapa daerah termasuk wilayah mansion Rezvan Kyroz.
Benar saja mendung yang tadi pagi ternyata membawa hujan di sore harinya.

Travis berjalan gontai memasuki mansion masih dengan wajah datarnya yang sedikit pucat, dia kehujanan saat pulang dari basecamp nya. Ingin berhenti meneduh, tapi mansion sudah dekat jadi ia nekat menerobos derasnya hujan.

Dia memegangi kepalanya terasa sedikit pusing.
Entah kenapa dirinya jadi lemas sekali, apa mungkin karena kehujanan?

Perlahan tapi pasti Travis menaiki tangga menuju kamarnya sambil menahan rasa pusing yang menderanya.

Akhirnya ia sampai di lantai dua, ia melangkahkan kakinya menuju kamar tetapi seketika terhenti karena teriakan nyaring yang terdengar lucu di telinga.

" KAKAK TLAVISSS " pekikan lucu itu berasal dari bocah imut kita, siapa lagi kalau bukan Aciel  anak Papa Abi.

Travis menoleh kebelakang, matanya membulat terkejut dan merasa heran. Kenapa adiknya sudah ada disini? Mengapa begitu cepat?

Tapi dia terkejut sekaligus senang, karena bocah lucu yang merangkap sebagai adiknya itu sudah tinggal bersama mereka di mansion yang suram ini.

" Aciel... " Ucap Travis lirih dan mencoba mendekat, tetapi entah bobot tubuhnya atau dirinya yang tak kuat menahan tubuhnya, ia terjatuh di lantai marmer mengkilap mansionnya.

Ia hanya bisa menopang dirinya dengan kedua tangannya agar tetap terjaga.

Aciel kaget karena melihat Travis terjatuh, si kecil segera berlari mendekati Travis yang nampak terengah-engah itu.

" Ugh kakak, kak Tlavis tidak apa-apa? Kenapa jatuhh? " Tanya Aciel bingung dengan raut panik.

Travis tak menjawab apa-apa, tenggorokannya terasa gatal dan sakit. Ia hanya mampu untuk menatap adiknya lekat dalam diam, hawa nafasnya terasa panas.

" Thi-dak pa-pa.. " jawab Travis terbata.

" Kakak ayo beldili, Ciel bantu. Kakak kamalnya dimana?" Ujar Aciel sembari berusaha membangunkan Travis dari duduknya.

Tangan mungil itu merasakan hawa hangat pada kulit Travis, tapi tetap berusaha sekuat tenaga.

" Kakak Tlavis panass, kaka main api ya?! Tidak boleh kata papa tauu." Omel Aciel pada Travis.

Pihak yang diomeli malah terkekeh geli mendengar celotehan yang terdengar lucu itu.

" Sudah, tid-ak papa. Lebih baik Ciel menjauh, nanti ter-tular." Perintah Travis seraya membawa dirinya bersandar pada dinding.

Aciel merengut dan menghentak-hentakkan kaki yang terbalut kaus kaki lucu.

" Kenapa jauh-jauhh, Ciel mau bantu kaka Tlaviss." Kekeh Aciel.

Travis menaikkan alisnya, dan menyeringai ingin menggoda bocah cadel itu.

" Memangnya.. Ciel bisa?" Tanyanya sambil mengatur nafasnya, matanya fokus pada apa yang akan Ciel lakukan setelahnya.

" Bisa! Ciel bisa. Tunggu sini ya! Jangan kabull." Ucap Aciel lalu berlari menuju kamarnya yang berada di ujung.

Travis menggelengkan kepala, bagaimana bisa kabur dia saja tidak bisa menopang tubuhnya. Entah apa yang dilakukan Aciel disana.

Tak lama Aciel keluar dengan Abian yang mengekor di belakangnya, di wajahnya terlihat raut khawatir yang kentara.

Bagaimana tidak, anaknya itu masuk kamar dan tiba-tiba berkata ada orang yang mau mati di luar.

Jadilah dia gerak cepat mengikuti anaknya yang berlari dengan berjinjit-jinjit kecil, astaga anaknya ini benar-benar.

Tiba lah mereka di tempat Travis berada, ia sedang memejamkan matanya menghalau sinar lampu yang membuat matanya terasa panas.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang