30

22.5K 1.7K 167
                                    

Di ruang tamu sudah ada beberapa anak lelaki tampan seumuran Travis berbincang-bincang santai, disuguhi minuman dingin dan aneka macam kue.

Mereka berbincang sembari sibuk dengan kegiatan mereka, misalnya ada yg merokok, menutup mata seperti tertidur, bermain game, menguap malas dan diam sambil mendengarkan temannya berbicara.

" Apa dia masih berulah? " Tanya pemuda tampan yang sedang bermain ponsel pada Travis yang sedari tadi terpejam.

" Ya, seperti biasanya. " Jawab Travis santai.

Pemuda yang merokok berdecak kesal mendengar jawaban santai Travis. Kenapa sahabatnya ini begitu santai dengan pencuri kecil ini.

" Ck. Cobalah untuk memergokinya, kau ingin dia terus seperti itu hah? " Celetuknya ketus.

Travis membuka matanya, nampak lah bola mata merah ruby yang tajam namun memikat siapapun yang melihatnya.

Mata itu bergulir menatap satu persatu sahabat baiknya. Menghela nafas dan mulai membuka suara.

" Biarkan seperti itu, toh barang ku pada esok harinya kembali lagi. " katanya seraya melihat Abian yang mondar-mandir menyiapkan sesuatu di meja makan dengan raut gembira dari kejauhan .

" Apa kau tidak curiga? Dia benar-benar aneh. "

" Kenapa si pencuri kecil itu selalu mengambil barangmu dan mengembalikannya? Apa maksud dari perbuatannya itu. Sungguh Travis, kau harus memberinya peringatan. " Ujar pemuda berambut hitam legam yang bermain game di ponselnya.

Semuanya seketika diam memikirkan sesuatu, lalu melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda.

" Apa mungkin dia menyukaimu?! " Celetuk salah satu dari mereka memecah keheningan.

" Jangan bercanda Kian Benedict. " Balas Travis jengah.

" Ya siapa tau kan. " Kian tersenyum konyol sambil menaikkan alisnya menggoda Travis yang menatapnya malas.

Kian memang suka bercanda, dia lain dari teman-temannya yang seperti es balok berjalan itu. Tapi dengan kelakuan anggota termuda itu lah pertemanan mereka lebih berwarna.

Matanya sekarang tertuju pada temannya yang dari tadi hanya diam menyimak pembicaraan mereka.

" Kai, kenapa diam sajaa ayo bicara " Kian mendesak sahabatnya itu untuk berbicara.

Kaivan yang memang pendiam dan hanya bicara jika perlu hanya melirik tak minat dan mulai meminum minumannya.

Kian menghela nafas pasrah, benar-benar susah dibujuk!

" Noah berhenti merokok! Buang benda tidak menyehatkan itu! " Celetuk Kian tiba-tiba sambil mengipasi asap rokok milik Noah yang sudah sampai pada tempat duduknya dengan tangan.

Noah menyeringai, rokok yang memang sudah hampir habis ia buang pada asbak yang tersedia di meja dan mulai membuka kotak rokok kembali berniat merokok lagi.

" Tidak bisa. " Jawabnya santai dan mulai mencabut satu batang rokok.

Sebelum membakar sebatang rokok di bibirnya, tiba-tiba saja sudah menghilang karena di rebut oleh tangan putih yang menjulur dengan cepat.

Noah menghela nafas, ia menatap lekat Kian yang sibuk menyembunyikan rokok beserta korek api di dalam tasnya, sambil menopang dagu dengan tangannya yang ada pada lengan sofa.

" Berikan Kian. "

Kian mendelik dan semakin merapatkan tasnya pada tubuhnya.

" Tidak akan! "

" Kau tau? Aku tidak bisa tidak merokok, kerena kau mengambilnya, Bagaimana kalau ku ganti saja dengan bibirmu hm" seringai Noah menatap lekat pada bibir ranum Kian.

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang