Happy Reading🤍🫶🏼
"Udah makan siang, Ze?" tanya Fira, senior Zeandra di kantor.
"Oh, aku bawa bekal, jadi aku makan di sini aja, masih ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," jawab Zeandra dengan senyuman, memperlihatkan lesung pipitnya yang menambah kesan manisnya.
"Kamu ini, Zea. Yaudah kalo gitu aku makan siang dulu," kata Fira sebelum meninggalkan Zeandra, yang masih asyik dengan laptopnya.
Bekerja sebagai asisten pemasaran tidak terlalu sulit bagi Zeandra, karena sesuai dengan jurusan kuliahnya. Namun, Zeandra adalah orang yang ambisius yang selalu menunda makan siangnya sampai pekerjaannya selesai, atau setidaknya sudah separuh jalan.
"Zea," panggil seorang pria dalam setelan khas kantor.
"Iya, pak," Zea menjawab dengan sopan.
"Pekerjaanmu sudah selesai?"
"Hampir, pak. Ada apa?" tanya Zea, sambil menyesuaikan kacamata di hidungnya.
"Sore ini, bisa pergi ke Bandung? Ada beberapa pekerjaan di kantor sana, dan sepertinya kamu satu-satunya yang free," kata Dito, bos Zea.
"Saya, pak? Bisa," balas Zeandra.
"Baik, selesaikan pekerjaanmu dengan cepat, dan nanti kamu akan diantar dengan mobil kantor," instruksinya.
"Saya bisa pakai mobil saya pak. Kebetulan saya bawa mobil," kata Zeandra.
"Baik," kata Dito dan pergi begitu saja.
• • •
Setelah menyelesaikan semua tugasnya, Zeandra bersiap-siap untuk pergi ke Bandung. Kantor pemasaran digital tempatnya bekerja memiliki cabang di Bandung.
Senyumnya tidak pernah pudar; dia selalu merasa bahagia setiap kali menginjakkan kaki di Kota Kembang. Zeandra percaya bahwa Bandung adalah kota yang indah, dan siapa pun yang berkunjung tidak akan ingin pergi.
Hanya butuh 2 jam 30 menit bagi Zeandra untuk sampai Kota Kembang. Akhirnya, dia bisa menghirup udara Bandung yang masih begitu segar dan berbeda dari Jakarta, meskipun kemacetan lalu lintasnya serupa.• • •
Ternyata tugas Zea di Bandung tidak sebanyak yang dia bayangkan. Sekitar pukul sore, Zea diperbolehkan kembali ke Jakarta. Namun, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Selagi masih di Bandung, dia ingin berkeliling di sekitar Braga.
Tujuannya adalah berjalan-jalan di Jalan Braga sambil menikmati sore di kota Bandung. Saat mobilnya menyusuri jalanan Bandung, Zea secara tidak sengaja melihat sebuah toko bunga yang sangat indah. Tanpa berpikir panjang, dia membelokkan mobilnya ke arah toko tersebut.
Zea sangat menyukai bunga, dan dia senang jika ada seseorang yang memberikannya bunga, terutama jika orang itu adalah seorang pria. Namun, hingga saat ini, dia masih menunggu siapa sosok laki-laki pertama yang akan memberikannya bunga segar yang harum, selain ayahnya.
Setelah memasuki toko bunga, Zea bertemu dengan seorang florist wanita berumur sekitar 30 tahun. Wanita itu menyapa Zea dengan ramah dan menawarkan bantuan.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu pada Zea.
"Saya mau lihat-lihat dulu, boleh?" tanya Zea.
"Silahkan, mbak," ucap wanita itu mempersilahkan.
Mata Zea berbinar melihat bunga-bunga segar yang dipajang di toko itu. Setelah beberapa menit melihat-lihat, Zea memutuskan untuk membeli satu buket bunga mawar dan baby breath.
Zea percaya bahwa bunga mawar melambangkan cinta, kasih sayang, dan rasa syukur. Sedangkan bunga baby breath melambangkan cinta yang abadi. Jadi, Zea merasa itu adalah alasan mengapa bunga mawar selalu bersanding dengan baby breath.
"Mbak, bunganya sudah jadi," ucap seorang florist perempuan tadi.
"Oh, cantik sekali," ucap Zea saat melihat bunga pesanannya telah selesai dirangkai.
"Mau pake kartu ucapan, mbak?" tanya florist tersebut.
"Tidak perlu, ini untuk saya sendiri. Tolong tulis nama Zeandra Amara," ucap Zea.
"Oh, baiklah," ucap florist tersebut.
"Bu, suka merangkai bunga hobi atau pekerjaan?" tanya Zea sambil memperhatikan florist yang sedang menuliskan namanya di atas sebuah kartu kecil.
"Saya suka, mbak," ucapnya sambil tersenyum.
"Jadi, ini toko milik mbak?" tanya Zea lagi.
"Iya, ini toko punya saya, mbak," jawab pemilik toko tersebut.
"Wah, hebat ya, mbak. Masih muda sudah punya usaha sendiri," ucap Zea sambil memperhatikan sekeliling toko yang hanya ada dia dan pemilik toko tersebut.
Pemilik toko bunga tersebut hanya tersenyum dan kemudian memberikan buket bunga pesanan Zea.
"Bunganya sudah jadi, mbak," ucapnya.
"Cantik banget ya, mbak. Nanti kalau ke Bandung lagi, pasti saya mampir ke sini," ucap Zea sambil menghirup aroma mawar yang langsung menyeruak ke dalam hidungnya.
"Mbaknya dari mana?" tanya pemilik toko tersebut pada Zea.
"Saya dari Jakarta, mbak," jawab Zea.
"Lho, di Jakarta tidak ada toko bunga?" tanya pemilik toko tersebut sambil tertawa kecil.
"Ada, mbak. Tapi saya tidak sempat langsung ke toko bunga. Jadi, kalau di sini sekalian saja," jawab Zea sambil tersenyum dengan rapi.
"Baiklah, semoga mbak suka. Nanti kalau ke sini lagi, saya kasih diskon," ucap pemilik toko tersebut.
"Saya pasti suka. Nanti saya kesini lagi ya, dan yang jaga harus mbak, biar saya bisa minta diskonnya," ucap Zea yang dijawab dengan tawa oleh pemilik toko.
"Oh iya, nama mbak siapa? Biar saya tidak lupa," tanya Zea."Nama saya Farah," ucap pemilik toko yang bernama Farah.
"Saya Zea," ucap Zea yang juga memperkenalkan diri.
"Saya sudah tau, kan tadi saya yang nulis nama kamu," ucap Farah sambil tertawa kecil.
"Oh iya saya lupa,"
"Kalo gitu saya permisi ya mbak, takut kemaleman pulangnya,"
Setelah membayar dan berpamitan Zea keluar meninggalkan toko dan langsung menjalankan mobilnya meninggalkan kota bandung, ia akan kembali ke Jakarta, dan entah kapan ia akan kembali ke bandung.
Author note:
Cerita pertamaku, akhirnya aku memberanikan diri buat bikin cerita, wlaupun masih acak-acakan, tali aku bakal berusaha lebih baik lagi.
Tolong support aku dengan vote dan komen ya🤍🫶🏼
Terimakasih.
Dan aku boleh minta kritik dan sarannya? Itu akan sangat membantu. Terimakasih🤍🫶🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...