Mobil Rafa menelusuri jalan berkelok di antara perkebunan teh. Udara dingin menembus jendela mobil, membawa aroma tanah dan teh yang menyengat. Rintik-rintik hujan mulai membasahi kebun teh, menciptakan suasana syahdu dan sedikit menyeramkan.
Matahari sudah mulai tenggelam, menghilangkan cahaya yang menyinari perkebunan teh sepanjang hari. Langit mulai berwarna keunguan, mencampur warna hijau kebun teh menjadi sebuah lukisan yang indah dan sedikit menyeramkan.
Rafa menatap ke sekitarnya dengan wajah yang muram. Ia sudah mencari Keenan dan Zeandra selama berjam-jam. Ia telah menelusuri jalan berkelok di antara perkebunan teh dan mengunjungi beberapa villa yang ada di sekitarnya.
"Gimana sih ini, gue udah cari selama berjam-jam, gak nemu-nemu juga," gumam Rafa dengan nada yang sedikit frustasi. Ia merasa kecewa dan sedikit panik.
"Tenang, Fa. Nanti kita bisa cari lagi besok. Sekarang kita cari tempat nginep dulu," ucap Rifan dengan nada yang sudah sedikit kesal karena Rafa tetap kukuh ingin melanjutkan pencariannya.
"Villa villa di sini terlalu banyak, Fan. Gimana kita mau nemuin Zea?" ucap Rafa dengan nada yang sedikit panik. Ia merasa kecewa.
"Tenang, Fa. Nanti kita bisa cari lagi besok. Sekarang kita cari tempat nginep dulu," ucap Rifan dengan nada yang menenangkan.
"Ya udah, Fan. Tapi besok gue harus nemuin Zea sama Keenan," ucap Rafa dengan nada yang tegas.
Rifan mengangguk dan mencoba mencari penginapan di sekitarnya.
"Keenan... Zeandra... Mana sih kalian?" gumam Rafa dengan nada yang sedikit panik.
Rafa keluar dari mobil, merasakan frustasi yang menyergapnya. Ia menunduk, memegang kepala dengan tangannya.
"Kenapa sih gue selalu begini? Kenapa gue selalu kalah?" gumam Rafa dengan nada yang sedikit putus asa.
Rifan turun dari mobil dan mendekati Rafa. Ia menempatkan tangannya di bahu Rafa dengan lembut.
"Tenang, Fa. Kita pasti bisa nemuin mereka,"
"Kemananya lagi coba gue harus cari mereka?" tanya Rafa dengan nada yang putus asa.
"Intinya sekarang lo masuk dulu Fa, lo tenangin diri lo, kita cari penginapan deket sini," ucap Rifan.
"Gue gak bisa Fan, gue harus nemuin mereka hari ini juga," ucap Rafa dengan nada yang keras.
"Lo gila, ini gak mudah Fa, lo tau itu, jangan kaya anak ABG yang bertindak tanpa mikir, lo harusnya sabar dikit," ucap Rifan dengan nada yang sedikit kesal.
"Gue gak bisa mikir jernih kalo gak nemuin mereka hari ini, Fan," ucap Rafa dengan nada yang putus asa.
Rifan menghela napas. Ia mengerti kegelisahan Rafa, namun ia juga tak ingin Rafa bertindak gegabah.
"Oke, oke, kita cari dulu, tapi lo janji bakal tenang dulu, oke?" ucap Rifan.
Rafa mengangguk pelan, ia masih gelisah, namun ia mencoba menenangkan diri, demi Keenan dan Zeandra.Hujan semakin deras membasahi Pangalengan. Dua jam berlalu, Rafa dan Rifan masih belum menemukan Keenan dan Zeandra. Kecemasan dan keputusasaan mulai merayap dalam hati mereka.
"Fan, gue udah lelah," ucap Rafa dengan suara serak.
"Gue juga, Fa," jawab Rifan singkat.
"Yaudah belokin aja ke villa depan, siapa tau masih kosong," ucap Rafa pada Rifan yang sedang mengemudi. Rifan pun membelokkan mobilnya ke arah villa yang ada di sekitar.
Namun setelah sampai di depan pekarangan villa itu, Rifan tetap setia duduk di kemudinya tanpa berniat untuk turun.
"Gue gak suka vila ini, kita cari yang lain aja," ucap Rifan sambil menghentikan kemudinya.
"Pilihannya cuma villa ini atau kita tidur di mobil," jawab Rafa dengan nada datar.
"Eh gila lo Fa, udah dingin banget gini tidur di mobil lagi, banyak nyamuk, bisa bisa kena hipo gue," protes Rifan.
"Yaudah ayok turun," ucap Rafa singkat.
"Tapi sepi Fa, gaada orang," ucap Rifan dengan nada khawatir.
"Pasti ada penjaganya," jawab Rafa sambil berjalan menuju pintu masuk villa.
Mereka masuk ke dalam villa. Udara dingin dan lembap menyapa mereka. Aroma kuno dan sedikit menyeramkan menyergap hidung mereka.
"Gue nggak suka tempat ini," gumam Rifan sambil menatap sekitarnya dengan pandangan waspada.
"Assalamualaikum," ucap Rafa sambil memencet bel.
"Gak ada orang kayaknya Fa," jawab Rifan.
"Assalamualaikum, selamat malam," ucap Rafa lagi tanpa mengindahkan suara Rifan.
"Cari siapa?" ucap seorang kakek-kakek tua yang tiba-tiba muncul di belakang mereka membuat Rifan terkejut.
"Eh, astaga, Pak! Ngapa nggak ngasih tau sih ada orang," ucap Rifan dengan napas yang ngos-ngosan.
Rafa menatap kakek tua itu dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
"Kenapa sih Pak? Kok ngagetin gini?" ucap Rafa dengan nada yang sedikit ketus.
Kakek tua itu tersenyum lembut sambil menunjuk kursi di teras villa.
"Silakan duduk, Mas. Mau nginep di sini?" tanya kakek tua itu dengan suara yang halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...