TIGA PULUH 🌹

878 32 0
                                    

Happy Reading 🤍

"Bapak ngapain ke sini?" tanya Zeandra pada Rafa yang berdiri tepat di depan pintu apartemennya.

"Malming, jalan yuk," ajak Rafa tanpa basa-basi.

"Gak mau," ucap Zeandra sambil mencoba menutup pintu apartemennya, namun masih ditahan oleh Rafa.

"Gimana mau cinta kalo kamu selalu nutup aksesnya?" ujar Rafa membuat Zeandra tiba-tiba diam.

"Ganti baju, saya tunggu," ucap Rafa.

"Gak bisa," jawab Zeandra dengan tegas menolak ajakan Rafa.

"Kenapa?"

"Keenan gaada temennya," ucap Zeandra berusaha mencari alasan agar ia bisa menolak ajakan Rafa.

"Keenan ada suster-nya, jadi kamu gak ada alasan buat gak mau ikut keluar sama saya."

"Suster Ida harus istirahat, jam kerjanya udah abis dari setelah Magrib," Zeandra terus mencari berbagai alasan.

"Biar saya yang ngomong ke suster-nya, saya kasih uang lembur."

"Pak, ini baru jam setengah tujuh lho, bapak gak kesorean ngajakin anak orang nge-date?"

"Biarin saya masuk dulu, toh kamu aja baru beres mandi kan? Rambut kamu juga belum dikeringin, pasti lama," ucap Rafa saat melihat penampilan Zeandra yang hanya menggunakan piyama tidur dan kepala yang masih dibungkus handuk, pertanda bahwa ia baru selesai keramas.

Zeandra yang baru menyadari penampilannya langsung menutup pintu dan lari ke kamarnya.

Rafa terkejut melihat pintu tiba-tiba ditutup, namun ia juga tidak mungkin langsung menerobos kedalaman apartemen Zeandra. Mau tidak mau, ia harus kembali mengetuk pintu apartemen Zeandra.

Setelah beberapa kali Rafa mengetuk pintu apartemen Zeandra, akhirnya pintu dibuka oleh Suster Ida.

"Malam, Sus," ucap Rafa saat melihat Suster Ida membuka pintu.

"Eh, Pak Rafa, silahkan masuk," Suster Ida mempersilahkan Rafa masuk.

"Zeandra ke mana, Sus?" tanya Rafa.

"Di kamar, Pak. Bukannya tadi ngobrol sama Bapak ya?"

"Tolong bilangin ya, Sus, saya tunggu di ruang tamu. Oh ya, malam ini kalau suster lembur bisa gak?"

"Oh, bisa, Pak. Kenapa memangnya?"

"Saya mau keluar sama Zeandra, nanti suster jagain Keenan paling lama sampai jam sepuluh," ucap Rafa menjelaskan.

"Iya, Pak, gak masalah."

"Ini uang lemburnya," ucap Rafa seraya memberikan lima lembar uang seratus ribu pada Suster Ida.

"Ini gak kebanyakan, Pak?"

"Nggak kok, jangan bilang Zeandra," tutur Rafa.

Suster Ida menerima uang dengan ucapan terima kasih dan pergi ke kamar Zeandra untuk memberitahunya bahwa Rafa menunggu di ruang tamu.

Tidak sampai satu menit, Suster Ida kembali ke ruang tamu.

"Maaf, Pak, katanya Ibu gak mau," ucap Suster Ida.

"Oh gitu, Sus? Di mana kamarnya? Biar saya yang ngomong," tanya Rafa.

"Ayok, Pak, saya anter," ucap Suster Ida sambil mengajak Rafa menuju kamar Zeandra.

Rafa mengikuti Suster Ida menuju kamar Zeandra dengan harapan berbicara langsung dengan Zeandra.

Saat tiba di depan pintu kamar Zeandra, Rafa menarik nafas panjang sejenak sebelum mengetuk pintu dengan lembut.

"Zeandra, kenapa kamu nolak? saya gak menerima penolakan," ucap Rafa di balik pintu kamar Zeandra.

"Bapak jangan seenaknya gitu dong, Saya gak mau," ucap Zeandra dengan tegas dari dalam kamarnya.

"Oke, kalau kamu gak mau, saya nginep di apartemen kamu ya," ucap Rafa tanpa ragu.

Tak lama setelah Rafa mengatakannya, pintu kamar Zeandra pun terbuka dengan cepat.

"Bapak gila ya? Apa kata tetangga saya nanti?!" ucap Zeandra panik, terlihat jelas kekhawatiran dan kegelisahannya.

"Ya udah, makanya ayok, siap-siap," ucap Rafa dengan tenang, mencoba menenangkan situasi yang semakin tegang.

"Iya-iya, bawel. Tunggu 5 jam," ucap Zeandra dengan nada sinis.

"Oke, berarti saya nginep," jawab Rafa dengan santainya, tetap mempertahankan keputusannya.

"Apaan si, Pak?"

"Katanya 5 jam," jawab Rafa dengan sedikit guyonan.

"Ya udah, iya ah, sana saya siap-siap dulu," ucap Zeandra lalu menutup kembali pintu kamarnya.

Rafa tersenyum setelah pintu kamar Zeandra tertutup dan dia berjalan ke ruang tamu untuk menunggu Zeandra.

Setelah 30 menit berlalu, bahkan secangkir kopi yang disuguhkan oleh Suster Ida sudah habis dia teguk, namun tidak ada tanda-tanda Zeandra akan keluar dari kamar. Rafa merasa penasaran, jadi dia memutuskan untuk kembali mengetuk pintu kamar Zeandra.

"Kamu sudah selesai belum, Zeandra?" tanya Rafa di balik pintu kamar Zeandra.

Pintu kamar pun terbuka, memperlihatkan Zeandra yang sudah rapi mengenakan inner dress hitam selutut tanpa lengan dan dilengkapi outer putih lengkap dengan flat shoes berwarna senada dengan outernya. Rafa terkesan melihat penampilan Zeandra yang begitu anggun dan elegan.

Beberapa detik, Rafa masih membeku melihat penampilan Zeandra malam ini. Rafa menyadari bahwa Zeandra mungkin sangat terpaksa untuk keluar bersamanya, namun upayanya untuk tidak mengecewakan Rafa benar-benar patut diacungi jempol.

A Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang