DUA PULUH DELAPAN

767 29 0
                                    

Happy Reading 🤍

Hari yang dinanti oleh Zeandra akhirnya tiba. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya dengan Wildan, mereka akan pergi berlibur ke Ciwidey. Meskipun Ciwidey masih berada di daerah Bandung, Zeandra belum pernah mengunjungi tempat tersebut, jadi dia tidak ingin kehilangan kesempatan ini.

Semalam, Wildan memberitahu Zeandra untuk bersiap-siap dari pagi hari karena mereka berencana melakukan perjalanan di pagi hari. Oleh karena itu, pukul delapan pagi, Zeandra sudah siap di depan cermin, memeriksa penampilannya pagi ini.

Zeandra memutuskan untuk menggunakan pakaian yang nyaman dan cocok untuk perjalanan. Dia memilih celana jeans yang pas dengan kaos santai dan jaket ringan. Melihat dirinya di cermin, Zeandra merasa puas dengan penampilannya yang sederhana namun tetap stylish.

Setelah memastikan penampilannya siap, Zeandra mencoba menghubungi Wildan untuk memastikan keberangkatannya.

Namun sayangnya, ketika Zeandra mencoba menghubungi Wildan, nomor teleponnya tidak aktif. Zeandra mencoba beberapa kali, tetapi hasilnya tetap sama - panggilan tidak terhubung. Ia merasa sedikit cemas dan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Sambil menunggu jawaban dari Wildan atau solusi lainnya, Zeandra menghampiri Keenan yang baru selesai sarapan dengan Suster Ida di ruang tengah, sambil menonton kartun favoritnya.

"Hallo sayang," sapa Zeandra sambil tersenyum.

"Mama mau ke mana?" tanya Keenan saat melihat Zeandra yang sudah berpenampilan rapi.

"Mama mau keluar dulu sebentar," ucap Zeandra.

"Naan juga mau main," kata Keenan dengan antusias.

"Naan emangnya mau ke mana?" tanya Zeandra, ingin tahu keinginan Keenan.

"Si Dede Dari kemarin mau keluar terus, Bu. Katanya bosen setiap hari di apartemen terus," ucap Suster Ida, mencoba menyampaikan keluhan Keenan beberapa hari lalu.

"Boleh dong, kalo mau keluar boleh. Naan mau ke mana?" tanya Zeandra dengan penuh perhatian.

"Naan mau makan ice cream," ucap Keenan dengan penuh semangat.

"Ini kan masih pagi. Naan juga baru saja selesai sarapan, jadi beli ice cream-nya nanti sore aja ya," usul Zeandra dengan bijaksana.

"Tapi Naan mau sekarang," kata Keenan dengan gigih.

Zeandra memahami hasrat Keenan yang ingin segera menikmati ice cream. Dia berpikir sejenak dan berusaha mencari solusi yang memenuhi keinginan Keenan tapi tetap memperhatikan waktu dan suasana.

"Oke, Ayok, kita pergi dan beli ice cream di minimarket bawah," tawar Zeandra, mencoba kompromi dengan Keenan.

Namun, Keenan menolak dengan tegas, "No, Mama. Naan mau di Tahilalats."

Zeandra merasa sedikit kerepotan. Dia berusaha mencari jalan tengah yang memuaskan keinginan Keenan tanpa mengesampingkan pertimbangan waktu dan kondisi saat itu.

"Gimana kalau kita pergi ke Tahilalatsnya sore aja?" tanya Zeandra, mengusulkan alternatif yang lebih sesuai dengan rencana.

"Tapi Naan mau makan ice cream sekarang," pinta Keenan dengan tegas.

Zeandra berpikir sejenak, mencoba mencari solusi yang memenuhi keinginan Keenan tanpa mengabaikan waktu dan rencana yang sudah ada.

"Eemm, Gimana kalo Naan jajan dulu sekarang? Naan boleh beli apa aja yang Naan mau, tapi jangan mainan ya. Mau gak?" usul Zeandra dengan harapan bisa mengalihkan perhatian Keenan dari ice cream ke jajanan lain.

A Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang