EMPAT BELAS

891 32 0
                                    

Happy Reading 🤍

"Keenan, jangan nangis lagi, ya. Nanti Tante beliin ice cream. Mau, kan?" tanya Zeandra dengan penuh kasih sayang, sambil mengelus punggung keenan.

"Naan, mau, Mama," Keenan mengeluh dengan satu kalimat dalam suara yang terputus-putus oleh tangisnya.

"Iya, nanti Tante anterin Keenan ketemu Mama," ucap Zeandra dengan penuh kelembutan, mencoba menenangkan Keenan.

"Tante bohong!" Keenan mengucapkan dengan nada tinggi, suara kecewa terdengar jelas.

Satu jam yang lalu, Keenan terbangun dari tidurnya dan langsung menangis dengan keras. Zeandra yang sedang membersihkan bekas makan siangnya di ruang makan, terkejut mendengar tangisan itu. Dengan cepat, ia meninggalkan makan siangnya dan bergegas menuju kamar.

Saat masuk ke dalam kamar, Zeandra melihat Keenan sedang menangis dengan keras sambil berusaha turun dari kasurnya. Ia segera mendekati Keenan dengan cepat menggendongnya.

"Naan denger Tante ya. Mama lagi kerja ke luar kota, nanti kalo kerjaannya sudah beres mama pulang ko. Tetapi sekarang Mama sedang tidak bisa bertemu," ucap Zeandra sedikit berbohong, ia tidak mungkin tega berbicara yang sebenarnya pada Keenan, lagi pula anak sekecil itu tidak mungkin paham dengan situasi yang sebenarnya sedang terjadi.

Keenan tidak menghiraukan ucapan Zeandra, terus menangis tanpa henti selama satu jam penuh. Namun, tangisan Keenan masih berlanjut. Zeandra merasa frustasi dan terjebak dalam situasi yang sulit. Hingga akhirnya, Zeandra memutuskan untuk membawa Keenan keluar dari rumah.

Rencananya ia akan membawa Keenan jalan-jalan, dengan harapan itu bisa meredakan tangisannya. Sebelum keluar, Zeandra secara teliti mengambil car seat milik Keenan. Ia sadar bahwa keselamatan Keenan adalah prioritas utama, dan tidak mungkin meninggalkan rumah tanpa car seat yang sesuai.

Setelah memasang car seat dengan benar di dalam mobil, Zeandra membawa Keenan masuk dan mengikatkan sabuk pengaman dengan seksama. Kemudian, mereka berdua memulai perjalanan mereka.

"Kita mau kemana?" tanya Keenan di sela-sela tangisnya yang sudah mulai sedikit mereda.

Zeandra menoleh ke kursi belakang di mana Keenan duduk di car seat-nya. Ia berusaha mencari cara untuk menjawab pertanyaan Keenan yang penuh keingintahuan.

"Kita mau pergi jalan-jalan, Naan mau ke mana?" tawar Zeandra dengan harapan bisa mengubah suasana.

Keenan tetap menangis dan mengekspresikan keinginannya secara jelas, "Gak, Naan mau ketemu Mama aja."

Zeandra memilih untuk fokus mengemudi dan memberi Keenan kesempatan untuk meredakan tangisnya sendiri. Sambil sesekali melirik ke kaca spion mobil, untuk memastikan bahwa Keenan berada dalam keadaan yang aman.

Tanpa bertanya lagi, Zeandra mengarahkan mobilnya ke arah Braga. Ia berniat mengajak Keenan ke toko tahilalats yang terkenal untuk sekedar menikmati es krim bersama.

Setiba di Braga, Zeandra mencari tempat parkir yang dekat dengan toko tahilalats agar Keenan tidak perlu berjalan terlalu jauh. Setelah menemukan tempat parkir yang cocok, Zeandra mematikan mesin mobil dan membuka pintu untuk membantu Keenan keluar.

"Let's go, kita beli ice cream," ucap Zeandra dengan semangat, berharap Keenan akan ikut bersemangat juga.

"Naan mau sama Mama aja," Jawab Keenan, namun kali ini tangisnya sudah sedikit mereda.

"Oke, kali ini Naan boleh anggap Tante ini Mama Naan, gimana?" tawar Zeandra dengan harapan dapat membuat Keenan merasa lebih nyaman.

"No, Tante bukan Mama Naan," Keenan menjawab dengan tegas.

"Iya, Tante mengerti, tapi apa salahnya Naan memanggil Tante Mama? Kan Naan bilang tadi mau sama Mama," kata Zeandra dengan lembut, mencoba menjelaskan agar Keenan bisa mengerti.

"Emang boleh?" Keenan menanyakan lagi dengan ragu.

"Kalo buat Naan, boleh," jawab Zeandra dengan senyum hangat dan hanya dibalas anggukan kepala oleh Keenan.

"Oke, sekarang kita jalan?" tanya Zeandra.

"Let's go," jawab Keenan dengan semangat.

"Tau gitu gue dari tadi nawarin jadi mamahnya, biar Keenan gak nangis terus" gumam Zeandra dalam hati dengan sedikit penyesalan.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju toko Tahilalats. Keenan dengan antusias menunjuk ke arah sana-sini ketika ia melihat sesuatu yang menarik di sepanjang perjalanan. Zeandra dengan senang hati mengikuti pandangan Keenan dan berinteraksi dengannya, menjadikan momen ini penuh keceriaan.

Akhirnya mereka tiba di toko Tahilalats yang ramai. Terlihat bahwa toko tersebut cukup penuh mungkin karena ini adalah hari akhir pekan. Matanya Keenan berbinar-binar begitu melihat berbagai karakter Tahilalats yang sudah terlihat sejak mereka memasuki toko.

"Naan mau foto di sana gak? Mama fotoin," ucap Zeandra, dengan senang hati menawarkan.

"Naan mau foto sama itu, tapi itu galak nggak?" tanya Keenan sambil menunjuk salah satu pajangan Tahilalats yang ada di dekat pintu masuk.

"Nggak dong, Ayok, Mama fotoin," jawab Zeandra dengan tegas, mencoba meyakinkan Keenan bahwa tidak ada yang "galak" dan semuanya hanya mainan yang lucu.

Mereka berdua berjalan mendekati pajangan Tahilalats yang Keenan tunjukkan. Zeandra mengambil ponselnya dan bersiap untuk mengabadikan momen ini. Keenan mengambil posisi di samping karakter Tahilalats dengan sikap yang penuh keberanian.

Zeandra tersenyum dan mengambil beberapa foto Keenan dengan karakter Tahilalats. Ia berusaha menunjukkan bahwa tak ada yang perlu ditakuti dan semuanya hanya untuk kebersamaan dan kebahagiaan.

Setelah beberapa kali berpose, mereka melihat hasil foto bersama-sama.

"Ayok Mama, kita foto bersama," ucap Keenan tiba-tiba, membuat Zeandra sedikit terkejut.

"Wah, ayokk!! Bagus ide kamu!" jawab Zeandra dengan senyum cerah, senang melihat inisiatif Keenan.

Mereka mencari sudut yang cocok untuk berfoto bersama di dalam toko Tahilalats.

Zeandra mengambil ponselnya, mengulurkan tangannya untuk memastikan mereka berdua ada dalam bingkai foto. Mereka berdua berdiri berdampingan, tersenyum ceria, siap mengabadikan momen bahagia tersebut.

"Ayok, kita hitung, satu, dua, tiga... Say cheese!" ucap Zeandra sambil menekan tombol rana, mengabadikan momen kebersamaan itu.

Saat Zeandra asyik melihat hasil jepretannya, tiba-tiba dua orang asing menghampiri Zeandra dan Keenan.

"Zeandra kan?" tanya salah seorang dari mereka.

"Oh iya, ada apa ya?" jawab Zeandra dengan sedikit kecanggungan.

"Assisten marketing kan? Gak nyangka ya masih muda tapi udah punya anak gede," ucap seorang wanita berambut blonde yang mendekatinya.

"Iya nih, Zea. Kirain masih perawan," sambung wanita lainnya.

Zeandra tetap diam, ingin mendengar apa yang ingin mereka sampaikan.

"Kita satu kantor, lho. Saya juga tahu kamu," ucap wanita berambut blonde.

Zeandra masih memperhatikan dengan diam, menunggu perkataan selanjutnya yang akan keluar dari dua wanita di hadapannya.

"Yasudah, apa lagi? Maaf, saya tidak memiliki waktu sekarang. Saya datang ke sini untuk makan. Tolong jangan ganggu privasi saya," tegas Zeandra dengan penuh ketegasan dan rasa hormat.

Zeandra memilih untuk meninggalkan dua wanita tersebut yang katanya satu kantor dengannya. Dia lebih memilih mencari tempat duduk yang masih kosong di toko itu, ingin menjaga privasi dan kenyamanan dirinya dan Keenan.

Dengan langkah mantap, Zeandra berjalan pergi, mencari meja kosong yang tersedia di Toko Tahilalats untuk melanjutkan momen indah bersama Keenan. Ia tidak ingin biarkan kehadiran orang asing mengganggu momen bahagia mereka.

















Kembali update
Sangat menerima kritik dan saran yaa🤍
Terimakasih buat yang udah vote🤍

A Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang