Udara sejuk khas pegunungan menyapa Zeandra saat ia membuka jendela kamarnya. Cahaya mentari pagi menembus kaca jendela dan menyorot wajahnya. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara sejuk yang menyegarkan. Pemandangan kebun te yang menjalar hijau hingga ke ujung mata menghiasi matanya. Seketika hati Zeandra merasa sedikit tenang.
Kemarin, setelah dari kantor Rafa, Zeandra bersikeras tidak ingin pulang ke apartemennya. Ia takut untuk menghadapi Rafa, takut untuk terjebak dalam kekacauan yang baru terjadi.
Sebagai opsi, Maya menawarkan Zeandra untuk tinggal di villa orang tuanya di Pangalengan. Villa itu terletak di lereng gunung dengan pemandangan kebun teh yang sangat indah. Maya berharap Zeandra bisa menenangkan diri di sana dan jauh dari kerumunan orang di kota.
Zeandra menanggapi tawaran Maya dengan senyum kecil. Ia menginginkan kesunyian dan ketenangan untuk menenangkan pikirannya. Villa di Pangalengan seolah-olah menjadi pelarian yang ia butuhkan.
"Mama, Keenan mau main di kebun teh!" teriak Keenan dari luar kamar. Ia sudah tidak sabar ingin menjelajahi kebun teh di sekitar villa.
Zeandra tersenyum sedikit mendengar teriakan Keenan. Ia merasa lega melihat Keenan yang ceria dan lupa akan masalah yang menyergapnya selama beberapa hari terakhir.
"Iya, Sayang. Nanti kita main di kebun teh," jawab Zeandra dengan nada yang lembut. Ia kemudian mengambil seteguk kopi hangat yang sudah disiapkan di meja. Rasa pahit kopi menyeruak di lidahnya, mengingatkannya pada rasa pahit yang ia rasakan selama beberapa hari terakhir.
Zeandra ingin menghampiri Keenan yang sedang bermain dengan Suster Ida di halaman villa. Saat ia hendak beranjak, ponselnya berbunyi. Nama "Mama" tertera di layar.
"Hallo, ada apa Ma?" tanya Zeandra dengan nada yang sedikit gemetar.
"Di mana kamu?" tanya Iren dengan nada yang ketus.
"Kenapa Ma? Aku di apartemen," jawab Zeandra dengan nada yang mencoba menenangkan.
"Bohong, di mana kamu Zea?" tanya Iren dengan nada yang mendesak.
"Mama kenapa tiba-tiba nelpon?" tanya Zeandra dengan nada yang sedikit marah.
"Zeandra, Mama tau kamu, Mama tau sifat kamu. Sekarang jawab Mama, di mana kamu. Rafa datang ke rumah dan nyari kamu. Dia bilang kamu kabur," ucap Iren dengan nada yang menegur.
"Ma aku..." Zeandra ingin menjelaskan semuanya, tapi Iren menghentikannya.
"Mama gak mau denger apapun dari kamu Zeandra. Mama tau kamu menikah sama Rafa karena terpaksa. Walaupun Mama gak tau apa alasannya, tapi jangan kayak anak kecil. Kamu kabur-kaburan. Kasihan Keenan. Dia baru merasakan punya ayah. Jangan biarkan dia kehilangan ayah barunya karena keegoisan kamu," ucap Mama Iren tanpa mendengarkan penjelasan dari Zeandra. Andai Iren tau apa yang terjadi.
Zeandra mencoba menjelaskan, tapi Iren sudah menutup teleponnya. Zeandra merasa sedikit frustasi. Ia ingin menjelaskan semuanya pada Mamanya, tapi Mamanya itu terlalu cemas dan tidak mau mendengarkan penjelasannya.
Namun, suara Iren yang menyalahkannya masih terngiang di telinganya. "Jangan biarkan dia kehilangan ayah barunya karena keegoisan kamu," kata-kata itu mengusik hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
ЧиклитSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...