Setelah dijemput oleh Maya dan Ari, akhirnya Zeandra bisa pergi dari Bandung Selatan menuju Bandung Kota lagi. Keputusan ini telah ia buat dengan teguh.
Setelah mendapatkan info dari Ari dan Maya bahwa Rafa tidak berada di kantor sejak kejadian itu, maka ia memutuskan untuk datang ke kantor dan menyerahkan surat pengunduran diri. Setelah itu, ia memutuskan untuk ke apartemennya, membereskan semua barang-barang miliknya dan Keenan.
"Kamu serius Ze? Mau ninggalin Bandung?" tanya Maya dengan nada yang sedikit khawatir. Ia menatap Zeandra dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
"Aku serius Teh," jawab Zeandra dengan tegas. Ia menatap Maya dengan tatapan yang teguh.
"Jangan tinggalin kita Ze," tambah Ari dengan nada yang sedikit memohon. Ia merasa sedih jika Zeandra benar-benar meninggalkan Bandung.
"Gapapa Teh, A, Keenan juga udah jarang nanyain Pak Rafa, jadi aku lebih baik pergi aja dari sini," jelas Zeandra dengan nada yang sedikit pedih. Ia mencoba menahan air matanya yang ingin mengalir.
Perpisahan di depan kantor itu terasa sunyi. Hanya terdengar suara desiran angin yang menembus daun-daun pohon di sekitar kantor.
"Kita bakal kangen kamu lho," ucap Maya dengan nada sedih. Ia mencoba menahan air matanya yang ingin mengalir.
"Nanti Teteh sama A Ari boleh ko ke Jakarta main," jawab Zeandra dengan senyum lemah. Ia mencoba menenangkan diri dan menenangkan Maya.
"Kamu mau langsung pulang ke Jakarta?" tanya Ari dengan nada yang sedikit penasaran. Ia ingin mengetahui rencana Zeandra setelah ini.
"Aku mau ke apartemen dulu beresin barang-barang, abis itu mau ke makam Mbak Farah, perpisahan sama Keenan," jelas Zeandra dengan nada yang sedikit melankolik. Ia mencoba menahan air matanya yang ingin mengalir.
"Kirain bakal nunggu kita keluar kantor dulu," ucap Maya dengan nada yang sedikit kecewa. Ia ingin berlama-lama bersama Zeandra sebelum ia meninggalkan Bandung.
"Gapapa, tadi aku udah repotin kalian jemput aku subuh-subuh banget, sampe kalian telat ke kantor," jawab Zeandra dengan nada yang sedikit bersalah. Ia merasa bersalah telah merepotkan Maya dan Ari.
"Gapapa ko, kita malah seneng bisa kontribusi dalam hidup kamu," jawab Ari dengan senyum lebar. Ia mencoba menenangkan Zeandra dan menunjukkan bahwa ia merasa senang bisa membantu Zeandra.
Zeandra mengangguk pelan. Ia mencoba menahan air matanya yang ingin mengalir. Ia merasa sedih harus berpisah dengan Maya dan Ari, tapi ia juga merasa lega karena akhirnya ia bisa memulai hidup baru di Jakarta.
"Aku pamit ya," ucap Zeandra dengan nada yang sedikit bergetar. Ia memandang Maya dan Ari dengan tatapan yang penuh kesedihan.
Zeandra kemudian memeluk Maya dan Ari secara bergantian. Pelukan itu terasa hangat dan menenangkan. Zeandra merasa sedih harus berpisah dengan Maya dan Ari, tapi ia juga merasa lega karena akhirnya ia bisa memulai hidup baru di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
Chick-LitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...