Sejak pertemuannya dengan Rafa, Keenan berubah. Ia tak lagi ceria seperti biasa. Seolah terbungkus kabut sedih, ia menarik diri dari kesenangan yang sebelumnya ia sukai. Mata bulatnya yang biasanya berbinar kini menatap kosong, mencerminkan perasaan yang terpendam dalam.
"Naan, mau jalan-jalan?" Zeandra mencoba menarik senyum Keenan dengan ajakan yang biasa ia sukai. Namun, Keenan hanya mengeleng dan menjawab dengan suara yang lemah, "No."
Zeandra mencoba lagi. Ia mengajak Keenan membeli ayam goreng kesukaannya, "Mau apa? Beli ayam betul-betul mau?"
Keenan hanya menggeleng lagi, "No mama."
"Naan jangan buat mama sedih, mama sedih lho kalo Naan gini terus," ucap Zeandra dengan suara yang sedikit bergetar. Ia tak menyukai melihat Keenan seperti ini.
Tiba-tiba, Keenan memeluk Zeandra erat dan menangis sekeras-kerasnya. Tangisannya membuat hati Zeandra hancur. Ia tak tahu apa yang terjadi pada Keenan. Ia tak mengerti apa yang menyakitkan hati kecil anaknya itu. Ia hanya bisa memeluk Keenan erat, mencoba menenangkan anak kesayangannya itu.
Mendengar tangisan Keenan dari dalam kamar, Iren merasa khawatir. Ia bergegas menghampiri Zeandra dan Keenan. Langkahnya terasa cepat seolah mencerminkan kecemasan yang menyergap hatinya. Ia ingin melihat anak kesayangannya itu.
Ketika ia membuka pintu, ia menemukan Zeandra yang sedang memeluk Keenan erat, mencoba menenangkan anaknya yang masih menangis. "Kamu apain Keenan Zea?" tanya Iren dengan nada yang sedikit tegas.
"Aku gak ngapa-ngapain mah, Keenan nangis pas aku tanya dia mau apa," jawab Zeandra sambil mengusap lembut punggung Keenan yang masih menangis. Ia merasa sedikit tak berdaya menghadapi situasi ini.
"Ya ampun, kenapa ya," gumam Iren dengan nada yang sedikit prihatin.
"Dia gak mau makan dari kemarin," jelas Zeandra dengan nada yang sedikit tertekan.
"Coba telpon Rafa,"
"Jangan," tolak Zeandra dengan tegas.
"Kenapa, siapa tau dia mau makan kalo ada Rafa," bujuk Iren dengan nada yang lembut.
"Keenan kaya gini sejak Rafa dateng," jawab Zeandra dengan nada yang sedikit tertekan.
Iren terdiam sejenak, menatap Zeandra dan Keenan dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
Zeandra menghela napas berat. Ia menatap Keenan yang masih menangis di pelukannya. Tangisan anaknya membuat hatinya hancur. Ia tak menyukai melihat Keenan sedih.
"Mama keluar aja dulu, aku mau tenangin Keenan, setidaknya sampe dia tidur karena capek nangis," ucap Zeandra. Ia ingin menenangkan Keenan sendiri.
"Kalo ada apa-apa panggil mama, mama gak ke toko deh hari ini, nemenin kamu,"
"Yaudah makasih ya Ma," jawab Zeandra dengan sedikit tersenyum. Ia menghargai perhatian Iren.
"Sama-sama, mama keluar dulu," jawab Iren sambil mengusap kepala Zeandra lembut. Ia keluar dari kamar dengan hati yang sedikit gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love
Chick-LitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...