Kinara mengerjapkan matanya pandangannya langsung tertuju pada suaminya yang tersenyum tipis. Kinara diam mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul.
Ivano langsung memeluk erat tubuh kinara. "Pulas banget" Ucap ivano menyembunyikan wajahnya di leher kinara.
Kinara hanya mengangguk pelan.
Ivano menatap kinara. "Mau sarapan apa? Biar saya buatkan" Tanya ivano.
Kinara menepis pelan tangan ivano yang mulai nakal. "Roti aja sama selai coklat" Jawab kinara.
"Yasudah saya ambilkan dulu, kamu disini aja" Ucap ivano langsung beranjak dari kasur.
Kinara beranjak dari kasur berjalan mengikuti suaminya yang ada di dapur. "Mas" Panggil kinara.
Ivano menoleh menatap kinara. "Ko turun dari kasur sih? Sebentar lag---eh" kaget ivano.
Kinara memeluk ivano. "Aku enggak mau tinggal disini mas, aku mau pulang aja hiks" Isak kinara.
Ivano diam tidak membalas pelukan kinara. Menunggu ucapan Kinara.
"Hiks aku enggak suka disini mas, hiks. Aku mau di rumah aja hiks" Isak kinara.
Ivano melepas paksa pelukan kinara. "Kita tidak akan pindah dari sini" Tegas ivano.
Kinara mengusap air matanya. "Hiks aku janji ti-----"
BRAK.
Ivano mengebrak meja menatap tajam kinara. "SAYA SUDAH PUTUSKAN KALAU KITA AKAN TINGGAL DISINI SELAMANYA, KITA AKAN MENGHABISKAN WAKTU TERUS BERSAMA DISINI. SUPAYA TIDAK ADA ORANG LAIN DISINI. SUPAYA MEREKA-MEREKA YANG BERUSAHA MEMISAHKAN KITA BERDUA TIDAK BISA MEMISAHKAN KITA. PAHAM?" Bentak ivano.
Kinara semakin terisak ia duduk di kursi, melahap roti yang dibuatkan suaminya. Tidak ada bantahan ataupun melawan. Air matanya terus mengalir deras memakai kedua pipinya.
Ivano meraup wajahnya kasar. "Sayang tolong ngertiin saya" Lirih ivano duduk di samping Kinara.
Kinara mengangguk pelan ia langsung masuk kamar meninggalkan ivano, Kinara duduk di sofa mengambil buku yang ada di sana.
Ivano menghela napas berat. "Baiklah kita kembali ke rumah dengan syarat kamu harus patuh sama perintah saya" Putus ivano.
Kinara menoleh ia tersenyum lebar. "Serius?" Tanya kinara menatap suaminya.
Ivano mengangguk.
"YEYYYY AKHIRNYA PULANG JUGA" Teriak kinara loncat-loncat seperti anak kecil, bahkan ia lupa kalau dirinya sedang hamil.
Ivano yang melihat itu tersenyum miring. "Teruslah loncat-loncat seperti itu sayang, sampai janin itu pergi dari kehidupan kamu tanpa harus mengotori tangan saya. Ayahnya sendiri" Batin ivano membiarkan istrinya loncat-loncat.
***
Kinara tersenyum lebar akhirnya ia pulang juga, sungguh di ruang bawah tanah sangat tidak nyaman ia tidak bisa melihat matahari pagi dan senja di sore hari.
Kedua orangtuanya ivano termasuk alvino entah kenapa ada di rumah ivano. Tentunya saja ivano syok melihat keberadaan mereka yang tidak ia sukai.
"Kenapa kalian di sini?" Tanya ivano menatap mereka satu persatu.
Alvino terkekeh kecil. "Masih hidup juga lo, gimana luka di kepala lo? Udah sembuh?. Atau butuh ganti kepala?" Tanya alvino menatap remeh kepala ivano yang diperban.
Ivano melipat kedua tangannya di dada. "Bukan urusan lo, Alvino. Mending lo, kedua orang tua lo, termasuk istri lo pergi dari rumah ini. Jangan pernah tunjukin muka lo di depan gue maupun istri gue" Usir ivano secara terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband devil
Teen Fictionbanyak perempuan yang mengatakan berdekatan dengan suami kenyamanan yang sempurna, tapi tidak dengan kinara yang setiap harinya harus dekat dengan suaminya yang menurutnya tidak ada rasa nyaman sedikitpun malahan sebaliknya. pokonya baca aja aku bin...