Kinara merasakan tubuhnya remuk, lemas, pusing bercampur menjadi satu. Semalaman ivano mengepungnya tanpa ampun, lebih parahnya lagi ivano melakukannya dengan kasar. Seperti singa yang baru saja diberi makan setelah berminggu-minggu.
Kinara menangis dalam diam, mengingat kejadian tadi malam. Padahal, ivano sudah berjanji akan berubah jauh lebih baik lagi, nyatanya. Ivano berbohong dengan alasan ia yang salah.
Kinara berusaha melepaskan pelukan ivano yang sangat kencang, padahal ivano sedang tertidur pulas. "M-mas lepas aku mau mandi."
Merasa terganggu tidurnya ivano membuka matanya, mendengus kasar. "Masih pagi, tidur lagi aja." Jawab ivano, menyembunyikan wajahnya di leher kinara.
"Ish, ini udah siang udah jam 10." Kesal kinara, berusaha melepaskan pelukan ivano.
"Cik! Bawel banget." Ivano melepaskan pelukannya. Menatap kesal kinara yang langsung masuk kamar mandi, tanpa memakai pakaiannya dulu. Ivano menahan tawa. "Sayang kamu telanjang bulat gitu, kamu goda suamimu?." Teriak ivano.
Kinara menatap tubuhnya, ia melotot sempurna dengan cepat ia masuk kamar mandi. Menutup pintu rapat-rapat, rasanya ia malu bercampur kesal.
Karena masih mengantuk ivano kembali tertidur pulas, sambil memeluk baju kinara. Entahlah ia sangat menyukai bau tubuh kinara.
Kinara buru-buru memakai pakaiannya, ia harus mengecek belva. Apakah anaknya sudah sarapan atau belum. Kinara menatap suster yang bertugas menjaga belva.
"Sudah dikasih makan?." Tanya kinara, mengambil alih belva.
"Sudah, tapi tadi non belva tidak lahap makanya." Ucap suster itu yang biasa disebut suster rini.
"Lho kenapa?." Tanya kinara khawatir, anaknya kenapa-kenapa.
Suster rini menatap belva yang terlihat lemas. "Sepertinya non belva sakit non." Jawab suster rini.
Kinara langsung menempelkan punggung tangannya di kening belva, mata belva melotot sempurna. "Astaga, belva demam." Kaget kinara.
Tanpa ba-bi-bu kinara langsung naik kelantai atas, membangunkan suaminya yang tidur. "Mas, bangun belva demam mas."
"Hmm." Gumam ivano.
"Mas ivano bangun, ayo kita ke rumah sakit." Teriak kinara kesal sekaligus khawatir.
"Cik! Ganggu aja, nanti juga turun demamnya." Kesal ivano, ia menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. Membelakangi kinara.
"KAMU BOLEH JAHAT SAMA AKU MAS, KAMU BOLEH SIKSA AKU, KAMU BOLEH MELAKUKAN APAPUN SAMA AKU. TAPI TIDAK UNTUK BELVA, AKU TAHU KAMU TIDAK SUKA SAMA KEHADIRAN BELVA. TAPI SETIDAKNYA KAMU BERTANGGUNG JAWAB SEBAGAI AYAH KANDUNG BELVA, MAU BAGAIMANAPUN BELVA TETAP ANAK KAMU. KALAU SAMPAI BELVA KENAPA-KENAPA GARA-GARA TELAT MASUK RUMAH SAKIT, AKU AKAN TINGGALIN KAMU SELAMANYA, KARENA. AKU BERTAHAN SELAMA INI UNTUK BELVA. KALAU KAMU TIDAK MAU ANTAR AKU KE RUMAH SAKIT, AKU BISA SENDIRI." Bentak kinara emosi, ia langsung keluar kamar sambil memeluk belva yang menangis.
Ivano diam membeku ditempat, rasa bersalah mulai terasa. Ivano menoleh menatap pintu kamar yang terbuka lebar. "Kinara tunggu." Teriak ivano, buru-buru ia memakai pakaiannya.
***
Kinara menangis tersedu-sedu di ruang tunggu, ia tidak menyangka anaknya demam tinggi. Dan sekarang belva belum sadarkan diri. Dokter mengatakan kalau belva terkena tipes.
"Belva mama mohon jangan tinggalin mama, nak, hiks." Isak kinara.
Ivano mencari ruangan UGD. Matanya menangkap sosok wanita cantik yang sedang duduk sambil menangis, ivano menghampiri kinara napasnya terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband devil
Teen Fictionbanyak perempuan yang mengatakan berdekatan dengan suami kenyamanan yang sempurna, tapi tidak dengan kinara yang setiap harinya harus dekat dengan suaminya yang menurutnya tidak ada rasa nyaman sedikitpun malahan sebaliknya. pokonya baca aja aku bin...