34. Surat dari kinara.

412 32 0
                                    

Terhitung sudah satu bulan Kinara koma, tidak ada tanda-tanda kinara siuman. Hari ini juga bertepatan belva berusia satu tahun, hari yang kinara ingin rayakan ulang tahun anak pertamanya.

Ivano menitipkan kinara pada mertuanya, ia ingin membeli kue ulang tahun untuk belva. Dan merayakannya di rumah sakit, bersama istri tercintanya. Dulu ivano berharap kinara akan tersenyum manis, melihat dirinya yang berubah drastis seperti ini.

Setelah membeli kue dan barang-barang lainnya, ivano langsung menuju rumah sakit. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum manis, siapapun yang melihat ivano tersenyum seperti ini. Akan dipastikan orang itu jatuh cinta detik itu juga.

Ivano memarkirkan mobilnya membawa barang-barangnya, menuju ruang kinara. Tepat di lantai dua puluh. Ia melihat keluarganya yang sedang mengajak bermain belva.

"Hallo sayang." Sapa ivano, ia memeluk belva, mencium kedua pipi belva. "Selamat ulang tahun, anak papa, mama." Ucap ivano.

"Yeyyyy." Teriak belva, bertepuk tangan.

Ivano langsung masuk kedalam kamar rawat kinara, mendekor seadanya. Walaupun kinara tidak melihat perjuangannya mendekorasi untuk ulang tahun belva, setidaknya ia mengabulkan keinginan kinara. Hampir tiga jam ivano mendekor, dan ya. Ivano selesai.

"Wow bagus banget." Puji eli.

Ivano tidak menjawab ia mengambil belva dari gendongan mamanya, mendudukkan di atas kasur samping kinara. Menatap kinara yang masih dengan posisinya. "Sayang, aku mohon kamu bangun. lihat aku, belva, kami berdua masih butuh kamu." Ivano menahan air matanya yang ingin keluar.

Febri mengelus punggung ivano. "Jangan nangis lagi, kasihan kinara ikut sedih."

Ivano mengangguk ia mengambil kue ulang tahun belva yang bergambar hello Kitty. "Happy birthday to you, Happy birthday belva. Hap-----hiks aku enggak kuat kinara, tolong bangun sayang." Isak ivano, terduduk lemas di lantai.

Semua orang ikut menangis, termasuk vano yang dari satu bulan berusaha menahan air mata. Ia tidak mau nantinya diledek adiknya, tapi sekarang. Ia tidak bisa membendung air matanya, melihat adiknya yang hancur seperti ini. Kalau boleh milih ia lebih suka ivano meledeknya, mengajaknya bertengkar. Daripada melihat ivano seperti ini.

"Ini hari ulang tahun belva, kamu jangan nangis." Ucap rico.

Ivano mengangguk ia kembali berdiri, menatap belva dan kinara. "Tiup lilinnya."

Belva mengangguk polos, ia langsung mencium lilin itu. Menatap kinara. "Mama-mama." Panggil belva, menepuk-nepuk punggung tangan kinara.

Tangan kinara yang digenggam ivano bergerak pelan, perlahan ia membuka matanya. Sontak mereka melotot kaget termasuk ivano yang langsung tersenyum lebar.

"Sayang kam-----"

Kinara menatap ivano dan belva yang ada disampingnya, hanya tiga detik ia membuka matanya dan kembali menutup matanya.

"KINARA BANGUN JANGAN TUTUP MATA KAMU LAGI." Teriak ivano, mengguncang tubuh kinara.

"DOKTER."

***

Dua bulan berlalu, hari yang sangat berat untuk ivano dan keluarga. Kinara masih belum sadarkan, terakhir ia membuka mata dihari ulang tahun belva yang satu tahun. Sampai sekarang kinara masih belum sadar, bahkan dokter menyarankan untuk melepaskan alat bantu di tubuh kinara.

Tentunya ivano menolak mentah-mentah, bahkan ia marah besar dan ingin melaporkan dokter itu ke pihak berwajib. Melepaskan alat bantu pernapasan, samanya saja ia membunuh kinara secara sadar.

Husband devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang