35. Hari yang berat

423 41 1
                                    

2 tahun berlalu.

Terhitung sudah kinara mengalami koma selama dua tahun, tidak ada tanda-tanda kinara akan sadar dari komanya. Yang ada kondisi kinara yang terus turun, mereka tidak putus asa. Mereka terus berjuang bersama, berdoa meminta pertolongan pada tuhan.

Ivano benar-benar merasa kehilangan, selama dua tahun ia tidak bisa melihat kinara yang tersenyum manis, marah, kesal, mengomel, dan masih banyak lagi. Ia benar-benar merindukan kinara.

Ivano mengelus punggung tangan kinara lembut, mencium berkali-kali. "Sayang, betah banget tidurnya sampai dua tahun. Kamu enggak kangen aku, hm?. Kalau kamu enggak kangen aku, minimal kamu kangen belva. Anak yang dulu tidak aku inginkan, dan sekarang dia anak yang aku sayangi."

Ivano menghapus air matanya yang kembali menetes. "S-sayang, hiks. Aku benar-benar butuh kamu disisi aku, hiks. Aku butuh perhatian kamu, aku butuh kamu untuk hidup." Isak ivano.

Belva si anak kecil itu menatap papanya yang menangis. "Papa, why?." Tanya belva.

Ivano berusaha tersenyum tipis, ia mengangkat tubuh belva duduk di atas kasur. "Mama kamu cantik, kan?." Tanya ivano sambil mengelus pipi chubby belva.

Belva mengangguk polos. "Cantik, seperti bidadari yang muncul di mimpi aku." Jawab belva, mengingat mimpinya kemarin malam.

Kening ivano mengernyit. "Mimpi apa?." Tanya ivano penasaran.

Belva mengamati wajah kinara yang persis seperti di mimpinya. "Bidadari itu mirip sekali sama mama, bedanya bidadari itu menatap belva. Kalau mama terus tidur." Jawab belva.

Ivano melirik kinara dan belva. "Mimpi apa lagi?." Tanya ivano, ia berusaha memahami ucapan belva yang cadel, dan sedikit kesusahan.

Belva mengelus punggung kinara. "Bidadari itu peluk belva, dan dia mengatakan kalau dia sangat mencintai aku, dan...."

"Dan siapa?." Tanya ivano.

Belva menunjuk ivano. "Papa." Jawab belva.

Deg

***

Setelah pulang kerja ivano langsung membeli bunga tulip kesukaan kinara, selama dua tahun ia terus membawakan bunga. Tanda bukti ia mencintai kinara, berharap kinara sadar dari koma.

Cklek.

"Sayang ak----"

"Papa." Teriak belva, berhambur ke pelukan ivano.

"Eh, belva kenapa ada di sini?." Tanya ivano heran.

"Kangen mama." Jawab belva.

Ivano tersenyum tipis. "Jangan peluk papa dulu, papa belum mandi."

Belva mengangguk ia menjauh, ivano menatap mertuanya dan mama papanya, yang terus menatapnya. Ivano izin mandi lebih dulu, tubuhnya terasa lengket. Selesai mandi ia duduk sebentar di kursi samping kinara, menatap kinara lekat.

"Selamat malam, istriku." Ivano mencium lama kening kinara.

"Ivano kami ingin bicara sama kamu." Ujar arul.

Ivano menatap mereka satu persatu, ada rasa yang tidak enak. Ivano langsung duduk di sofa yang kosong. Menatap mereka yang terlihat tegang.
"A-ada apa?." Tanya ivano.

Arul menatap serius ivano. "kamu cinta dengan anak saya, kan?." Tanya arul.

Ivano menoleh, terkekeh kecil. "Pak, saya mencintai kinara sepenuh hati saya." Jawba ivano.

Husband devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang