Ivano benar-benar seperti bayi besar, dia tidak mau mandi jika tidak dimandikan. Tidak mau makan jika tidak disuapi, sungguh kinara kerepotan harus mengurus ivano yang sepertinya berubah menjadi bayi.
Seperti sekarang ini Kinara membantu ivano memakai baju, memasangkan dasi. Menyisir rambut. Sebelumnya ivano tidak seperti ini, ia malah menolak kinara melakukan itu.
"Ikut ke kantor temenin saya meeting." Ajak ivano.
"Enggak bisa, soalnya belva masih terlalu kecil untuk ikut keluar area rumah." Tolak kinara lembut.
Mereka ditolak dan tidak lagi di prioritaskan, ivano menjambak rambut kinara. Membuat sang empu kaget. "Kamu enggak mau ikut karena, anak kecil itu kan?. Baiklah saya kasih bayi sialan itu ke panti asuhan." Marah ivano.
Mata kinara membulat sempurna. "Mas kam----"
"Ikut atau saya buang bayi itu?." Marah ivano.
"S-sakit mas." Kinara menepis kasar tangan ivano dari rambutnya. "Kasar banget sih, aku baru lahiran kalau kamu mau kasar sama aku tunggu aku sembuh total dulu." Teriak kinara kesal sekaligus capek.
Ivano mengontrol emosinya. "Ikut saya ke kantor." Ucap ivano lembut.
"Aku siap-siap dulu." Ucap kinara, ia mengambil pakaiannya dan pakaian belva.
"Enggak usah bawa belva." Ucap ivano, menahan tangan kinara yang hendak menyiapkan keperluan untuk belva.
Kinara menoleh menatap ivano. "Terus ditinggal sendiri gitu?, ko kamu tega banget sih sama anak kamu sendiri?. Belva itu anak kandung kamu, darah daging kamu. Kalau emang kamu dari awal enggak ada niat punya anak, kenapa kamu sentuh aku, hah?" Kesal kinara
Ivano menatap dingin kinara. "Yasudah, lebih baik kamu tidak usah ikut aja. Terserah kamu, puaskan waktu kamu sama belva." Setelah mengatakan itu ivano langsung mengambil tas kerjanya, ia keluar kamar tanpa pamitan.
***
Sudah jam 23.59 WIB. Ivano belum juga pulang, biasanya ivano paling lambat pulang jam 22.00 WIB. Nomor telponnya juga tidak aktif.
Kinara mondar-mandir di depan pintu menunggu ivano pulang. "Mas, jangan bikin aku khawatir gini." Lirih kinara.
Cklek.
Kinara menoleh menatap ivano yang baru pulang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, rambut ivano berantakan, baju ivano kusut. Tidak lupa bau alkohol yang sangat menyengat di hidung Kinara.
"M-mas." Cicit kinara kaget.
Ivano mendongak menatap kinara, ia memegang pintu kamarnya. "Dasar istri tidak perhatian." Setelah mengatakan itu ivano langsung merebahkan tubuhnya di kasur, tubuhnya terasa lemas.
"Eh mas kamu mabuk?." Tanya kinara khawatir.
"Peduli apa kamu sama saya, hah?." Tanya balik ivano, sambil melempar sepatu ke lantai.
"Astaga, mas----"
"Urus saja anakmu itu." Sinis ivano.
Kinara menatap baju putih ivano yang dipenuhi merah, ia tahu itu pasti alkohol. Dengan cepat kinara melepaskan kancing baju ivano, membuat sang empu menatap kinara kaget.
"Ganti baju dul-----eh." Kaget Kinara.
Ivano menarik kinara ke atas tubuhnya, menatap lekat kinara. "Mau apa?, mau goda saya hm?." Tanya ivano tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband devil
Teen Fictionbanyak perempuan yang mengatakan berdekatan dengan suami kenyamanan yang sempurna, tapi tidak dengan kinara yang setiap harinya harus dekat dengan suaminya yang menurutnya tidak ada rasa nyaman sedikitpun malahan sebaliknya. pokonya baca aja aku bin...