Ivano terus tersenyum manis menatap kinara yang sedang mengobrol dengan belva, keadaan kinara sudah mulai berangsur membaik. Tidak boleh banyak gerak, dan banyak bicara, harus istirahat yang cukup.
Tiba-tiba air mata kinara menetes, matanya menatap belva yang tidur di sampingnya. "Hiks." Isak kinara.
Melihat istrinya menangis, ivano melotot sempurna. "Sayang, kamu kenapa nangis?, ada yang sakit?. Aku panggil dokter, ya." Panik ivano.
Kinara menggeleng pelan. "Enggak usah, a-aku kesal sama diri aku sendiri. Mas, aku enggak bisa jaga dan rawat belva." Isak kinara.
Ivano diam beberapa detik, mengusap kening kinara lembut. "Sayang------"
"Hiks, harusnya aku rawat belva, aku jaga dia. Tapi, aku seakan hilang di dunia ini. A-aku koma selama tiga tahun." Isak Kinara, sesak rasanya seharusnya ia yang menjaga belva.
Ivano menggeleng cepat. "Kam-----"
TITTTTTT........
Ivano menoleh menatap monitor detak jantung kinara yang berbunyi nyaring, menoleh menatap kinara yang kelihatan sulit bernapas. "Sayang, kam----KINARA." Teriak ivano, panik melihat kinara yang pingsan. "Sayang bangun, kamu jangan bercanda. DOKTER, SUSTER." Teriak ivano.
Dokter langsung masuk kedalam, menyuruh ivano dan belva keluar. Sedangkan ivano mengendong belva sambil terduduk lemas di depan pintu kamar rawat kinara, air matanya kembali mengalir.
"K-kinara tolong jangan tinggalin aku, sayang." Lirih ivano. Baru saja kemarin ia merasakan jiwa dan raganya kembali, sekarang. Malah menghilang lagi.
Ivano berusaha kuat ia duduk di kursi, menoleh keluarganya. Setelah memberitahu mereka, ivano menatap belva yang duduk melamun menatap pintu rawat kinara.
"K-kenapa?." Tanya ivano, berusaha tenang dan tersenyum.
Belva menoleh, matanya langsung berkaca-kaca. "Papa, baru kemarin aku melihat mama membuka matanya. Terus sekarang mama menutup kembali matanya, dan tubuhnya kejang-kejang. Apa mama akan men-----"
Ivano menutup mulut belva. "Jangan ngomong gitu, mama hanya butuh istirahat."
"Bidadari itu mama." Cicit belva.
***
Keadaan kinara kembali memburuk, karena. Kinara banyak pikiran, seharusnya kinara harus selalu bahagia. Kinara juga harusnya banyak istirahat, bukan mengobrol dengan belva.
"Aku mohon jangan banyak pikiran, kinara." Mohon ivano, menganggam tangan kinara erat.
Kinara hanya mengangguk lemas, matanya menatap belva yang menatapnya dengan tatapan sedih. "Sini." Kinara tersenyum tipis.
Belva mengangguk ia naik ke atas kasur, dibantu ivano. "Mama." Mata belva berkaca-kaca.
Kinara tersenyum manis. "Jangan nangis, mama baik-baik aja ko." Kinara mencium punggung belva. "M-maafin mama enggak bisa jaga kamu, maa----"
"HWAAAA MAMA JANGAN TINGGALIN BELVA, MAMA JANGAN TINGGALIN BELVA SAMA PAPA. BELVA TIDAK MAU DITINGGALIN MAMA." Tangis belva pecah.
Kinara mengusap air mata belva. "Mama tidak akan meninggalkan kamu." Ucap kinara lembut.
"Aku?." Tanya ivano iri.
Kinara melirik ivano. "Ayo cepat tidur." Kinara mengelus rambut panjang belva. "Mama enggak akan ninggalin kamu lagi, kamu enggak usah khawatir."
Belva mengangguk pelan. "Good night."
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband devil
Teen Fictionbanyak perempuan yang mengatakan berdekatan dengan suami kenyamanan yang sempurna, tapi tidak dengan kinara yang setiap harinya harus dekat dengan suaminya yang menurutnya tidak ada rasa nyaman sedikitpun malahan sebaliknya. pokonya baca aja aku bin...